58 || Sudah Janji

22 8 0
                                    

Selamat membaca🙆🏻‍♀️

⚪ t h a n k s  t o  f i x ⚪

“Maaf, Re.”

“Lo punya salah sama gue?”

“Iya .... Kematian Om Rian ... gue terlibat, Re.”

Saat ini adalah saat di mana Bion melepaskan beban terbesar di dadanya. Dentuman keras yang tak pernah berhenti terasa meski Bion tetap tersenyum dan fokus pada perasaan sukanya. Dia tidak bisa membayangkan bahwa dialah yang mengantar pergi orang kesayangan Reva. Bahwa dialah yang menjadi salah satu alasan Reva kehilangan dan semakin dikecam.

Reva membisu. Bion melepas pelukannya, menatap Reva dengan binar mata yang sudah hilang. Dia tidak bisa menunjukkan binar di matanya karena hal mengerikan begini. Napasnya mulai terasa berat, sekujur wajahnya terasa panas.

“Gue.” Bion menarik napas susah payah. “Gue terlibat kecelakaan yang sama dengan Om Rian. Gue yang buat Om Rian banting setir, Re.”

Bion tidak pernah ingin merasa sehancur ini lagi. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri setelah Reva kembali. Sudah berjanji dia akan hidup dengan baik setelah mereka memutuskan untuk bersahabat dengan baik.

Alasan yang sebenarnya bisa Bion tolak, tapi dibuat tidak berdaya.

“Tapi, demi kelancaran bisnis. Gak ada yang bahas tentang fakta itu sama sekali.”

Lucu, anak dijadikan alat bisnis.

“Maafin gue, Re. Alasan gue sempat hilang dan benar-benar gak menghubungi lo sama sekali, karena gue merasa bersalah, apalagi ketika gue dipaksa bungkam.”

Reva menghela napas. Dia tersenyum, mengusap air mata di sudut mata Bion. Dia menangis untuk ke sekian kalinya hanya karena Reva. Jika begini, malah Reva yang merasa bersalah.

“Gue tahu, kok, Bi. Makasih sudah mau cerita.”

Bion terkesiap menatap Reva, meminta penjelasan. Reva sengaja memancingnya, karena Reva sedang mengumpulkan semua bukti untuk membuat laporan. Dia ingin dengar langsung dari Bion, pengakuan cowok itu. Kesalahan yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan, hanya untuk membuatnya tenang.

“Gue tahu kecelakaan itu bukan salah lo. Mobil Om Rian memang sudah diincar, remnya sengaja dirusak. Dan, memang sudah takdirnya kalian bertemu di sana. Terlibat di satu kecelakaan, tapi bukan lo yang salah.”

“Lo yakin?”

Reva mengangguk sambil tersenyum. “Lo tahu gue bukan orang yang buta. Gue pasti cari tahu apa penyebab Om Rian meninggal ketika gak ada satu pun orang yang mau gue tahu. Alasan yang buat gue bertahan dari tuduhan pembunuh karena gue tahu faktanya. Gue cuma butuh bukti.”

Reva menggeleng pelan.

“Lo gak salah, Bi. Makasih sudah mau cerita padahal itu rahasia yang harus lo simpan.”

Bion menghela napas, mengusap wajahnya lelah. Rupanya rasa bersalahnya selama ini sia-sia. Keluarga Reva lebih kejam dari apa yang dia lihat. Hanya karena Bion ada di sana, hanya karena mobil mereka saling menghindar, hanya karena mereka rekan bisnis, semuanya dijadikan alasan untuk mengambil kendali.

Dipaksa memilih antara hubungan baik dengan Reva atau hubungan baik di antara bisnis dan nama baik mereka.

“Re, gue gak janji. Tapi gue punya keinginan untuk terus jagain lo. For ever.”

Reva tersenyum, mengangguk kecil.

“Lo hebat sudah bertahan sampai sekarang. Lo hebat karena bisa bersikap bodo amat dengan kata orang. Lo hebat bisa ngelakuin banyak hal yang gak bisa gue lakuin. Lo hebat, Re.”

Thanks to Fix | Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang