57 || Dia Terlibat

23 8 0
                                    

Selamat membaca💙

⚪ t h a n k s t o f i x ⚪

Fix mengutak-atik ponselnya. Dia bosan menunggu jam pulang, teman-temannya pun sibuk bermain gim di pojokan. Fix akan ikut jika perasaannya tidak bergemuruh seperti mendung. Mengejutkan sebenarnya, Fix benar-benar mengikuti audisi yang Titra sarankan. Tepat sejam sebelum audisi itu ditutup barulah Fix mengunggah videonya.

Hari ini adalah pengumuman untuk tahap selanjutnya. Tiga hari lagi dia sudah harus mengikuti tahap selanjutnya. Dari pulang sekolah sampai malam harinya, begitu terus sampai dia dikeluarkan sebagai mantan peserta atau dikeluarkan untuk debut.

Fix sudah tidak sabar menjadi lebih keren dari seorang Fiki maupun Fenly. Dia akan membuat Titra menjadi penggemar fanatiknya. Lihat saja nanti.

Tak terasa bel pulang berbunyi. Berbondong-bondong teman sekelasnya bergegas pergi. Sisa Fix sendiri yang baru saja membuka kontak email. Membaca satu nama perusahaan di sana. Jantungnya jadi tak karuan.

Kedua matanya dia pejam erat, telunjuk bergerak menekan layar. Sambil mengatur napas, mata kanannya terbuka sedikit mengintip layar.

"Astaga! ALLAHU AKBAR!"

Fix menutup mulutnya yang menganga, masih tidak percaya walaupun dia sangat percaya diri akan lolos di sana. Secara dari bakat dia punya semua, secara visual juga sangat memikat walau selalu ditolak.

Cepat-cepat cowok itu meraih tasnya, membuka langkah lebar-lebar berjalan ke parkiran. Dia meminta Reva menunggu di sana seperti perjanjiannya dengan Etan.

"Klar! Makan pempek, yuk!"

Reva menaikkan sebelah alis. Sedikit terkejut ketika Fix berlari dan berteriak memanggilnya. Lantas mulai kesulitan bernapas karena terlalu terburu-buru.

"Oke."

"Yes." Fix tersenyum lebar. Segera bersiap, memastikan Reva duduk dengan aman lantas melajukan motornya. Dia akan membawa Reva ke warung pempek paling enak di seantero kota. Dia jamin gadis itu akan menyukainya.

"Dah, sampai. Ini warung langganan gue."

Reva turun dari motor. Melepas helmnya, mulai memperhatikan warung pinggir jalan yang mereka datangi. Tempatnya terlihat sangat terawat, bersih, dan rapi.

"Yok."

Fix memimpin, memerintahkan kepada Reva untuk duduk dan menunggunya memesan. Gadis itu pun hanya menurut, memperhatikan punggung Fix yang terlihat akrab dengan penjualnya. Itu membuktikan jika Fix benar-benar berlangganan di sini.

Tak butuh waktu yang begitu lama sampai pempek pesanan mereka disajikan. Kepulan asap terlihat karena pempek itu baru saja selesai digoreng. Reva pernah melihatnya, tapi belum pernah menyicipinya karena sifat protektif Etan.

"Enak, 'kan?" tanya Fix. Matanya berbinar sembari menunggu jawaban dari Reva. Memperhatikan gadis itu dengan serius mengunyah pempek yang dia makan.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Reva memberi jawaban. Sudut bibirnya terangkat, mengangguk-angguk senang.

"Iya, enak banget."

"Lo sudah pernah makan pempek belum, sih?"

Reva menggeleng. "Papa takut kalau alat masaknya dipakai masak udang."

Fix terdiam. Detik berikutnya berdiri dan berjalan menuju sang penjual. Dari tempatnya duduk Reva hanya bisa memperhatikan, padahal tidak perlu sampai segitunya. Bukannya dengan mencuci alat masaknya sebelum digunakan saja sudah cukup? Etan memang berlebihan, sedang Fix mudah panik dan takut melakukan kesalahan.

Thanks to Fix | Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang