"Lo harus penuhi permintaan gue," kata Samudra.
Seketika Aster langsung membelalakkan kedua matanya. Pikirannya sudah dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan pemikiran yang nampak tidak jelas di dalam otaknya.
"Emangnya gue Jinny yang bisa ngabulin permintaan lo," batin Aster.
"Gimana? Lo mau kan penuhi permintaan gue?" tanya Samudra.
"Lo aja belum nyebutin permintaannya."
Samudra saja belum menyebutkan permintaannya, malah bertanya mau atau tidak? Aster kan belum tahu permintaannya apa.
Samudra mengetuk-ngetuk pelipisnya menggunakan jari telunjuknya. Ia nampak sedang berpikir. Kemudian ia tersenyum ceria, seolah-olah menemukan ide cermerlang.
"Lo harus penuhi tiga permintaan gue," ucap Samudra.
"Hah! Tiga permintaan?" tanya Aster memastikan. Sedangkan Samudra mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Terlalu kebanyakan," tambah Aster.
"Cuma tiga doang, nggak terlalu banyak. Kalau seratus itu baru kebanyakan," kata Samudra.
Aster menghela napas kasar. Kenapa juga ia harus lewat koridor kelas. Lebih baik tadi lewat lapangan saja. Mungkin ini adalah ujian buat Aster.
"Satu aja ya?" pinta Aster.
"Yang memberikan permintaan itu lo atau gue?" Samudra balik bertanya.
Aster menarik napasnya lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia benar-benar ingin menghilang dari hadapan Samudra detik ini juga. Andaikan saja Aster itu jelmaan jin, pasti ia akan cepat-cepat menghilang dengan kekuatan super.
Akan tetapi Aster hanya seorang manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan super menghilang. Tapi sudahlah ikutin saja alurnya, agar masalah ini bisa cepat selesai.
"Satu permintaan aja ya, please!" Aster menyatukan kedua tangannya dengan mata penuh permohonan seperti anak kecil yang merayu ibunya untuk dibelikan mainan baru.
Samudra hanya diam tak membuka suara apapun, hal itu membuat Aster mengerucutkan bibirnya ke bawah.
"Gue harus tetap belajar, dari pulang sekolah sampai malam hari. Gue nggak mau nanti nilai gue turun kalau satu detik aja nggak belajar. Terus kalau nilai gue turun, jatah masuk ke Negeri Sakura gue berkurang satu," kata Aster.
Alasan Aster memang cukup logis. Dan seolah-olah Samudra akan memberikan permintaan yang cukup berat serta menambah beban untuk dirinya. Sehingga ia membuat alasan seperti itu. Meskipun alasannya tidak seratus persen benar dan delapan puluh persen ada benarnya juga, ia tetap ingin satu permintaan saja.
"Permintaan gue ini bukan nyuruh lo buat bekerja jadi pembantu," ujar Samudra sembari merogoh saku celana dan mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang.
"Terus lo mau nyuruh gue apa? Nyuci baju lo? Atau ngebeliin baju baru buat lo?" tanya Aster.
Semua pertanyaan yang Aster lontarkan itu semuanya salah. Samudra tidak meminta Aster untuk mencuci bajuanya maupun membelikannya baju baru.
"Lo harus penuhi satu permintaan gue...
""Benarkah satu permintaan doang?" potong Aster.
"Dengerin gue ngomong dulu, jangan asal nyaut." Aster terdiam sambil manggut-manggut mengiyakan.
"Lo harus melayani gue saat latihan voli setelah pulang sekolah nanti."
"What? Nggak ada yang lebih mudah lagi selain melayani lo? Kayak nyuci baju lo yang kotor itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Novela JuvenilAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...