Jam pelajaran telah berakhir. Waktunya semua murid untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Seorang gadis yang tengah duduk di bangkunya masih berkutik dengan ponsel pintarnya. Sendari tadi konfirmasi dari aplikasi ojek online belum juga berhasil. Sudah beberapa kali ia me-refresh beranda aplikasinya, tetapi tetap saja tak bisa. Mungkin sudah hampir sepuluh kali.
"Ini kenapa nggak bisa di konfirmasi, sih," gumam Aster.
Lalu gadis itu mengecek kuotanya, barang kali kuotanya telah habis. Namun setelah di cek ternyata sisa kuotanya masih banyak.
"Apa mungkin sinyalnya ya?" tanya Aster pada dirinya sendiri. Lalu beralih mengecek sinyalnya.
Ternyata sinyalnya lancar jaya tanpa kendala apapun. Sepertinya server aplikasinya yang mengalami masalah atau error.
Daripada menunggu lama, Aster langsung bergegas keluar kelas. Suasana di sekolah masih sedikit rame. Tak hanya dirinya saja yang berjalan di koridor kelas, tapi banyak murid yang tak lain anggota Osis yang masih berlalu lalang keluar masuk kelas.
"Aster!" seru seorang gadis dari dekat jendela.
Mendengar ada seseorang yang memanggil namanya, Aster langsung membalikkan tubuhnya.
"Ehh, Mentari."
Terlihat Mentari yang sedang melambaikan tangannya di jendela kelas. Lalu Aster bergegas menghampirinya.
"Lo kok belum pulang, Ter? Ke perpustakaan lagi?" tanya Mentari.
"Nggak. Gue mau break dulu," jawab Aster. Lalu Mentari manggut-manggut mengerti.
"Gue pulang dulu, ya," pamit Aster.
"Iya hati-hati di jalan."
"Semangat menjalani rapat Ibu negara," ucap Aster sambil terkekeh pelan.
Mentari mendesis pelan lalu berkata, "Apaan sih lo."
Aster tertawa renyah lalu bergegas pergi untuk pulang. Sementara Mentari langsung menutup jendelanya, karena rapat anggota Osis akan segera dimulai.
*******
"Pulang bareng sama gue aja, Ter," ujar Langit berniat memberikan tumpangan kepada Aster.
"Nggak usah. Gue bisa pulang sendiri," tolak Aster.
"Langitnya mendung sebentar lagi akan turun hujan."
Aster mencoba melihat ke atas. Benar saja sekumpulan awan putih berubah menjadi abu-abu.
"Mendung belum tentu hujan," kata Aster.
"Bener nih nggak mau bareng sama gue?" tanya Langit lagi.
"Enggak Langit."
Bersusah payah Langit mencoba memberikan tumpangan kepada Aster, tetapi tetap saja ditolak.
"Ya udah. Kalau lo nggak mau. Berarti motor gue nggak mengalami rasa sakit," ucap Langit sambil mengelus jok motornya.
"Sakit gimana maksud lo?" tanya Aster tak mengerti.
"Sakit karena ditumpangi oleh muatan yang berat, yaitu manusia." Langit memberikan jawaban yang tak masuk akal.
"Motor itu benda mati. Nggak mungkin bisa merasakan rasa sakit. Karena dia terbuat dari besi dan selalu kuat dimuati oleh benda apapun," kata Aster membenarkan.
"Di dalam kamus gue, motor juga bisa merasakan rasa sakit. Buktinya motor mogok dan nggak mau jalan artinya motor itu sedang sakit."
"Di dalam kamus gue nggak ada." Aster mengingat-ingat isi kamusnya yang tak ada kata-kata seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Fiksi RemajaAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...