Fajar menyingsing menjemput mentarinya untuk memancarkan cahaya kehangatan di bumi yang hijau. Burung-burung melipat selimutnya lalu bernyanyi memamerkan suaranya yang merdu. Embun pagi membasahi rumput dan dedaunan.
Jam enam pagi Aster sudah sampai di sekolah. Suasana di sekolah masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa siswa yang sudah datang dan para tukang kebun di sekolah yang sedang menyapu halaman.
Aster menginjakkan kakinya di taman sekolah, menghirup udara segar di pagi hari yang cerah. Aster meletakkan kotak berwarna merah muda yang ia bawa di kursi taman. Lalu ia duduk untuk menunggu sahabatnya yang belum datang.
Daripada diam saja tidak melakukan apa-apa, Aster membuka tasnya dan mengeluarkan buku catatannya untuk ia baca.
Tanpa ia sadari, ada seseorang yang datang lalu duduk di sebelahnya. Kemudian mengambil bakpau dari kotak dan memakannya.
"Hmm, enak juga."
Aster yang tadinya membaca buku seketika melirik ke samping. Ia sadar bahwa bakpau yang dimakan oleh orang itu adalah bakpau miliknya.
"Heh, lo nyuri bakpau gue ya?" tuduh Aster.
"Siapa yang nyuri?"
"Lo yang nyuri," kata Aster sambil menunjuk orang itu.
"Gue nggak nyuri, tapi gue mengambil dari sini." Orang itu menunjuk ke sebuah kotak berwarna merah muda yang masih duduk manis di sebelahnya.
"Sama aja lo nyuri."
"Emangnya ini punya lo?" tanya orang itu.
"Iya."
Orang itu terdiam sesaat, lalu mengulurkan tangan kanannya ke arah Aster.
"Hah! Ngapain lo ngulurin tangan?" tanya Aster membuat dirinya bingung. Kenapa orang itu mengulurkan tangannya?
"Kenalan dulu."
Aster sedikit ragu-ragu untuk kenalan. Namun Aster memberanikan diri untuk membalas uluran tangan dari orang itu.
"Nama gue Langit Frederico. Panggil aja Langit," ucap orang itu memperkenalkan dirinya.
"Nama gue Aster," ucap Aster. Lalu ia menurunkan tangannya.
"Baru kali ini gue lihat lo. Di sini lo anak baru ya?" tanya Langit.
Aster cepat-cepat menggelengkan kepala.
"Enggak. Gue masuk di sekolah ini sejak MOS," ujar Aster.
Langit tertawa renyah lalu berkata, "Maksud gue, lo anak yang baru duduk di kursi taman ini?"
Aster terdiam sejenak, mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh Langit. Kemudian ia tertawa sendiri setelah memahami apa arti kalimat tersebut.
"Kenapa lo tertawa?" tanya Langit heran.
"Kalimat yang lo ucapin lucu banget," ujar Aster sembari tertawa.
"Di mana letak lucunya?"
"Pada kata 'Anak yang baru duduk di kursi taman'. Awalnya lo tanya 'lo anak baru di sini'. Jadi gue bingung dengan kata itu. Ehh, ternyata yang lo maksud bukan itu," jelas Aster.
Langit langsung tertawa setelah mendengar ucapan Aster yang menurutnya juga lucu.
"Sebenarnya gue pernah lihat lo yang sering pergi ke perpustakaan. Cuma gue nggak tau nama lo siapa," ujar Langit.
"Kenapa lo nggak kenalan?"
Langit tersenyum tipis sambil berkata, "Enggaklah. Gue lihat lo dari dalam kelas, nggak mungkin kan, gue langsung lari nyamperin lo buat kenalan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Teen FictionAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...