Hawa kantuk mulai menyerang siswa di kelas. Guru sejarah menjelaskan sama seperti mendongeng. Rasanya ingin saja tidur pulas saat itu juga.
Beberapa menit kemudian, suara yang ditunggu-tunggu oleh semua siswa akhirnya berbunyi. Suara apa lagi kalau bukan suara bel pulang sekolah.
Semua siswa langsung membereskan semua bukunya dan bersiap untuk berdoa. Setelah itu guru sejarah yang lebih dulu keluar, lalu disusul para siswa yang satu persatu keluar kelas untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
Aster berjalan di halaman sekolah sambil membawa buku tebal.
"Aster tunggu!" teriak Cantika dari kejauhan.
Aster menghentikan langkahnya dan Cantika berlari kecil ke arahnya.
"Habis ini lo mau ke mana Ter? Pulang?" tanya Cantika.
"Gue mau ke perpustakaan," jawab Aster.
"Kalau gitu gue bareng sama lo sekalian. Gue juga mau ke perpus."
Aster mengangkat kedua alisnya.
"Tumben lo ke perpus. Mau baca buku ya?" tebak Aster.
Cantika menggeleng cepat.
"Gue mau main game."
Sudah pasti Cantika akan menyebut kata itu. Mana mungkin Cantika baca buku di perpustakaan. Suatu hal yang mustahil bagi Cantika.
Aster menghembuskan napas pelan.
"Main game terus. Belajarnya kapan?"
"Besok," jawab Cantika singkat.
"Harus banget belajar besok?"
"Iya. Besok kan sekolah jadi waktunya belajar ya itu."
Aster menghela napas berat. Dirinya yang merasa ambis seketika kaget setelah mendengarnya. Belajar cuma di sekolah saja, dan waktunya juga singkat. Bagaimana mau pintar?
"Jangan main game terus ya Can. Minggu depan udah ujian. Jadi gunain waktu lo buat belajar," tutur Aster sambil berjalan mendahului Cantika.
"Bodo amat. Gue nggak belajar aja udah dapat nilai bagus."
******
Perpustakaan tempat para murid ambis yang saling berlomba-lomba untuk membaca buku.
Aster mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang perpustakaan. Ia bertambah semangat setelah melihat teman-temannya yang giat membaca buku. Aster jadi terdorong untuk belajar lebih giat lagi.
Beda lagi dengan satu murid yang duduk di bangku paling pojok sendiri. Ia tidak memegang buku sama sekali. Yang ia pegang hanyalah benda pipih berbentuk persegi panjang.
"Kak Aster," panggil seorang gadis yang berjalan menghampirinya.
Aster langsung beralih menoleh ke arah gadis berambut pendek yang terurai.
"Iya."
"Belajar bareng yuk kak," ajak Olif.
Olif adalah siswi kelas sepuluh yang sering sekali ke perpustakaan untuk membaca buku. Jadi ia sering juga bertemu dengan Aster, tapi tak terlalu akrab.
Aster tersenyum sembari berkata, "Ohh iya, ayo."
Olif langsung duduk di sebelah Aster.
"Omong-omong kak Aster suka banget ya belajar?" tanya Olif sambil membuka bukunya sendiri.
"Iya suka banget," ujar Aster.
"Mapel apa yang paling kak Aster sukai?" Olif merasa penasaran.
"Gue suka semua mapel. Nggak ada yang nggak gue suka. Dan suka nggak suka kita harus suka."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Roman pour AdolescentsAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...