Hari ini setelah pulang sekolah Aster harus pergi ke rumah Cantika untuk kerja kelompok tugas membuat presentasi. Aster pergi tidak sendirian, tetapi ia pergi bersama sahabatnya yaitu Mentari.
Sebelum berangkat kerja kelompok, Aster menyempatkan diri untuk memberi makan ayam-ayamnya di kandang.
"Ihh imut banget anak ayam yang satu ini." Aster membelai bulu ayam kecil dan memberinya makan.
Setelah selesai memberi makan ayam, Aster segera mencuci tangannya menggunakan sabun. Agar tangannya terlihat bersih serta terhindar dari kuman dan bakteri.
Setelah itu Aster masih memantau ayam-ayam yang sedang asyik memakan makanannya. Seulas senyum terukir di wajah Aster. Ia senang ternak ayamnya bisa berkembang dan ia berharap hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan ekonomi ibunya.
"Aster udah ditungguin teman kamu di depan!" seru Nuri dari dalam rumah.
"Iya Bu, sebentar."
Aster segera bergegas masuk ke dalam rumah sambil membawa kantong makanan ayam untuk disimpan.
******
"Betul di sini rumahnya Cantika?" tanya Aster nampak ragu.
Mentari mengangguk lalu memperlihatkan layar ponselnya kepada Aster.
"Ini lokasi yang dikirim sama Cantika. Betul kok, alamatnya di sini," ujar Mentari.
Dan benar saja saat mereka sudah sampai di halaman rumah Cantika. Ternyata Cantika sedang berdiri dan bersandar di depan pintu rumahnya sambil memegang ponselnya.
"Cantika ini bener kan rumah lo?" tanya Mentari.
"Ini bukan rumah gue. Tapi rumah orangtua gue," jawab Cantika.
"Sama ajalah. Apa bedanya sih?" sahut Aster.
"Ya bedalah. Rumah ini dibangun dari jerih payah orangtua gue, jadi rumah ini milik mereka. Gue kan belum pernah bangun rumah ini. Kerja aja belum."
"Kan lo anaknya, jadi lo juga yang punya rumah," ucap Aster.
"Ini bukan rumah gue."
"Berarti lo bukan anaknya orangtua lo."
"Udah-udah, kalian kok malah ribut, sih. Mendingan kita langsung masuk aja untuk memulai kerja kelompok." Mentari melerai perdebatan antara Aster dan Cantika.
"Iya maaf," kata Aster.
Lalu mereka segera beranjak untuk masuk ke dalam rumah Cantika.
"Siapa duluan yang masuk?" tanya Mentari sebelum menginjakkan kakinya ke lantai.
"Lo dulu aja," ucap Aster sembari menunjuk Mentari.
"Masuk secara bersamaan aja kenapa sih harus satu-satu. Rumah gue bukan rumah sultan," kata Cantika sambil berjalan masuk mendahului Aster dan Mentari.
Lalu mereka berdua masuk bersama-sama dan mengikuti Cantika dari belakang untuk menuju ke kamarnya.
******
"Sumpah dingin banget. Ini rumah atau kutub utara."
Sejak pertama masuk ke dalam kamar Cantika, Aster sudah menggigil kedinginan. Mungkin ia tidak terbiasa berada di dalam ruangan yang ber-AC.
"Ndeso banget lo. Gitu aja kedinginan," sahut Cantika.
"Bisa nggak lo matikan AC-nya. Gue kedinginan, bisa-bisa tubuh gue membeku jadi es batu," pinta Aster sambil memeluk tubuhnya.
Cantika memutar kedua bola matanya.
"Lo hidup di planet mars ya? Sampai kena AC aja udah kedinginan. Gue yang bertahun-tahun berada di dalam kamar ini nggak merasakan kedingingan sama sekali. Sementara lo yang baru sedetik berada di sini udah kedinginan. Aneh lo."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Подростковая литератураAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...