Perahu Aster 51

17 2 0
                                    

"Tumben lo berdua makin deket. Sejak kapan kalian akrab?" tanya Aster sambil mengambil kacang garuda dari dalam bungkusnya.

"Sejak jaman manusia purba sampai jaman milenial," jawab Cantika.

"Siapa juga yang deket sama dia. Dia sendiri yang nempel-nempel gue terus," sahut Mentari.

"Idih, siapa juga yang nempel-nempel sama lo." Cantika bergidik ngeri.

Dari awal mereka masuk kelas dua belas, Cantika lebih sering bersama Mentari. Ia juga sering minta tolong kepada Mentari untuk mengajarinya atau sekedar menjelaskan suatu materi yang belum ia pahami.

Dimulai dari situlah Cantika akrab dengan Mentari.

"Gue khilaf Ter, temenan sama anak cowok. Tiap hari gue main game sama mereka sampai lupa waktu. Hingga sekolah gue jadi berantakan. Bahkan nilai gue turun drastis dan orangtua gue juga marah besar."

Cantika mencurahkan semua yang ia rasakan tanpa ditanya ataupun disuruh.

"Gue udah bilang dari dulu. Jangan main game terus. Akhirnya lo sendiri kan yang rugi dan kena akibatnya," kata Aster.

"Betul-betul," sahut Mentari.

"Aster." Cantika menatap Aster yang duduk di sebelah Mentari. Sedangkan Aster langsung menoleh ke arahnya.

"Gue boleh nggak temenan sama lo? Gue pengen banget punya temen ambis yang super kece abis kayak lo," pinta Mentari penuh harap.

"Hmm .... Boleh." Cantika bersorak senang. Ia berjanji akan berubah menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya. Dan memutuskan untuk berhenti bermain game.

"Thanks, ya." Aster mengamgguk sambil tersenyum.

******

Beberapa siswa bergegas keluar dari dalam kelasnya dengan terburu-buru dan ekspresi wajahnya begitu senang.

Aster menautkan kedua alisnya, merasa penasaran. Memangnya ada apa?
Kemudian Aster mencoba untuk mengikuti mereka.

Ternyata di depan papan pengumuman sudah banyak siswa-siswi yang sedang berkerumun melihat ke papan tersebut.

Aster mencoba melihat ke sana. Namun ia tak bisa melihat tulisannya dengan jelas, karena terhalang oleh siswa lain.

"Kalau boleh tau, itu pengumuman apa?" tanya Aster kepada Lusi yang baru saja memotret papan pengumuman tersebut.

"Itu pengumuman tes beasiswa ke luar negeri," jawab Lusi.

Aster membulatkan mata sempurna dan senyumnya mengembang.

"Yang bener?"

"Bener. Coba lo lihat sendiri." Lusi menunjuk ke arah papan pengumuman.

Setelah melihat papan pengumuman tersebut beberapa siswa kembali ke kelasnya. Tapi masih ada tiga atau empat siswa yang masih ada di situ, terutama Aster.

Aster membaca sebuah kertas yang ditempel di papan tersebut dengan baik. Ia baca dari awal sampai akhir tanpa ia skip.

Dalam hati Aster sangat begitu senang. Ia tidak akan mensia-siakan kesempatan emas ini untuk mendapat beasiswa kuliah ke luar negeri.

"Gue pasti bisa."

******

"Lo ke mana aja Sha? Dari tadi gue cari-cari nggak ada. Gue kira lo diculik penunggu sekolah ini," cibir Samudra merasa khawatir serta capek memutari sekolah ini.

Aster terkekeh pelan sembari berjalan menghampiri Samudra.

"Gue tadi ke ruang BP," ucap Aster.

"Hah? Ruang BP? Lo ada masalah apa Sha? Lo dituduh lagi?" tanya Samudra beruntun.

Perahu AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang