"Hoamm." Mentari menguap yang sekian kalinya. Sendari tadi saat diajar oleh guru di kelas ia sangat mengantuk. Apalagi yang mengajar adalah guru sejarah. Lengkap sudah, rasa kantuknya semakin menjadi-jadi.
"Gue ngantuk banget," gumam Mentari sambil membuka layar ponselnya. Ia mencari hiburan agar rasa kantuknya menghilang.
"Cuci muka sana biar nggak ngantuk," saran Aster dengan pandangan masih fokus mencatat materi dari internet.
"Nggak ah, males." Mentari menyangga kepalanya dengan tangan.
"Semalem lo tidur jam berapa? Kok bisa ngantuk separah itu?" tanya Aster.
"Jam satu dini hari," jawab Mentari.
Sontak Aster langsung menatap Mentari yang menyengir.
"Lo ngapain aja tidur jam segitu? Pantesan di sekolah ngantuk terus."
"Nonton bulu tangkis di tv."
Semalam Mentari memang merelakan jam tidurnya demi menonton pertandingan bulu tangkis. Apalagi yang sedang bertanding malam tadi adalah atlet idolanya, The Minions 'Kevin Sanjaya dan Marcus Fernaldi Gideon.
Makanya Mentari harus wajib menonton dan mensupport idolanya agar menang. Serta tak ingin melewatkan momen pertandingan yang seru.
"Lo rela begadang demi itu?"
Mentari menganggukkan kepalanya, sementara Aster hanya geleng-geleng kepala sambil menutup bukunya.
"Bukan salah gue juga. Pertandingan bulu tangkisnya memang mulai jam dua belas malam. Gue juga udah tidur siang biar malamnya nggak ngantuk."
"Terus menang nggak?" tanya Aster ingin tahu.
Mentari langsung melebarkan senyumannya.
"Menang dong! Terkepin-kepin pasti selalu menang!" seru Mentari sangat heboh disertai senyum bangga.
"Berarti nggak rugi," kata Aster.
"Nggak rugi gimana maksud lo?" tanya Mentari tak mengerti.
"Nggak rugi lo begadang sampai dini hari."
"Iya."
Demi idola tersayang harus bisa nonton pertandingannya. Entah dimulai pagi hari, siang, sore, bahkan malam hari, satu detik saja tak boleh terlewatkan.
"Aster."
Aster langsung menatap Mentari yang memanggilnya.
"Apa?"
"Ke taman yuk!" ajak Mentari. "Nyari udara segar. Bosen gue di kelas. bawaannya juga ngantuk terus," tambahnya.
"Ayo Tar." Aster menyetujui ajakan Mentari. "Tapi gue mau ke toilet sebentar. Lo duluan aja, ya."
"Gue temenin nggak?"
"Nggak usah, Tar. Lagi pula toiletnya deket kok. Entar habis dari toilet gue nyusul lo ke taman."
Mentari mengangguk sambil mengacungkan satu jempolnya.
******
Setelah selesai dari dalam toilet, Aster segera beranjak keluar. Tapi sebelum keluar ia mencuci tangannya di wastafel terlebih dahulu.
Ketika Aster membalikkan tubuhnya, ia tersentak kaget saat melihat dua gadis yang sudah berdiri dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada sambil menatap dirinya.
"Hai Aster," sapa Tiwi.
"Hai," balas Aster.
"Apa kabar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Novela JuvenilAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...