Perahu Aster 53

22 1 0
                                    

"Kenapa Ibu nggak bilang dari dulu?"

"Ibu butuh waktu yang tepat."

Nuri sebenarnya ingin memberitahu Aster dari dulu. Namun ia sendiri tidak ingin kehilangan sosok anak yang ia rawat sejak kecil dan menemaninya hingga sekarang.

Jujur, Nuri memang tidak punya siapa-siapa lagi. Suaminya sudah meninggal setelah satu tahun menikah. Kedua orangtuanya pun juga sudah tiada.

"Sekarang adalah waktu yang tepat bukan?" Nuri mengangguk sembari tersenyum.

"Iya Aster."

"Nanti kalau Aster udah ketemu sama Mama dan Papa. Aster akan mengajak Ibu untuk tinggal bersama Aster."

"Tapi...."

"Ibu udah sebagai orangtua kedua bagi Aster yang udah merawat serta memberi kasih sayang," kata Aster sambil tersenyum bangga.

"Ibu mau ya tinggal sama Aster nanti?"

Nuri langsung menganggukkan kepalanya.

"Mau Aster."

******

Mobil BMW warna hitam berhenti di depan rumah bercat putih yang sangat megah. Seorang gadis berjalan keluar dari gerbang rumahnya dan langsung menghampiri cowok yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.

"Pagi Dra," sapa Mawar dengan senyum cerianya menyambut kedatangan Samudra.

"Pagi," balas Samudra dengan muka datar.

"Senyum dong, Dra. Masih pagi harus semangat jangan cemberut kayak gitu," ujar Mawar.

Samudra mengangkat bibirnya dan menunjukkan deretan gigi putihnya, ia tersenyum tapi sangat terpaksa.

"Nah, gitu dong senyum."

Samudra terlihat canggung saat bersama Mawar. Tidak ada obrolan yang ingin ia bicarakan.

"Thanks Dra, lo udah mau jemput gue ke rumah," ucap Mawar dengan tersenyum senang.

"Iya."

Tidak ingin berlama-lama di sini, Samudra membalikkan tubuhnya dan membuka pintu mobilnya untuk berangkat ke sekolah.

"Dra." Samudra menoleh Mawar yang memanggil namanya.

"Apa?"

Mawar menatap Samudra penuh rasa ingin tahu sekaligus ingin mendapatkan sebuah kejujuran dari hatinya yang sesungguhnya.

"Gue mau tanya sama lo, Dra." Mawar masih tak mengalihkan pandangannya. "Sebenernya lo masih sayang kan sama gue?"

Samudra langsung menutup kembali pintu mobilnya dan menghadap Mawar.

"Sayang?" Samudra tersenyum miris. "Gue udah nggak sayang sama lo," jawab Samudra benar adanya.

"Tapi lo masih punya rasa sedikit kan?" tanya Mawar ingin tahu dan penuh harap.

"Enggak."

"Bener nggak? Sedikit aja memang nggak ada?"

Samudra menggelengkan kepalanya sembari berkata, "Enggak ada War."

Mawar tersenyum tipis menatap Samudra.

"Kalau memang lo nggak ada rasa sama sekali. Lalu kenapa lo mau menjemput gue?"

Samudra terdiam tak menjawab atas pertanyaan dari Mawar, dan membuat dirinya merasa terpojokkan.

"Gue yakin lo pasti masih punya rasa sama gue."

"Mawar, jangan berharap kalau gue masih punya rasa sama lo. Gue menjemput lo dengan suatu alasan karena kemarin lo masih sakit. Dan lo sendiri yang minta gue buat menjemput lo."

Perahu AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang