Pagi-pagi buta Aster sudah bersiap berangkat ke sekolah. Padahal sang surya belum menampakkan wajahnya dan masih sedikit gelap.
Hari ini Aster memang sengaja berangkat pagi, karena ia harus mampir dulu ke pasar tradisional untuk menitipkan dagangan ibunya, bakpau.
Pasar tradisional yang Aster tuju tak terlalu jauh mungkin sekitar tiga meter. Ia memutuskan untuk jalan kaki saja sambil olahraga pagi. Nanti kalau sudah sampai pasar, baru ia naik angkot menuju ke sekolah.
Sekarang Aster sudah berada di Trijaya Manggala, tempat ia menuntut ilmu.
Aster berjalan menyusuri koridor kelas yang masih terlihat sepi, mungkin hanya ada beberapa siswa saja yang sudah datang. Ketika ia telah sampai di depan kelasnya, pandangan Aster tertuju ke seseorang yang sudah berdiri tegak sambil menyenderkan punggungnya di pintu kelas.
"Akhirnya lo dateng juga," ujar Samudra sembari menyambut kedatangan Aster.
Aster menautkan kedua alisnya penuh tanda tanya.
"Lo ngapain ada di sini? Bukannya kelas lo ada di ujung sana?" tanya Aster.
"Gue lagi nungguin lo," jawabnya dengan enteng.
"Ngapain lo nungguin gue? Nggak kurang kerjaan apa nungguin gue."
"Sangat sesuai dengan apa yang lo bilang itu. Tapi gue memang berniat nungguin lo di sini. Karena lo punya tugas yang harus lo serahin ke gue."
Aster mencoba mengingat-ingat kembali. Perasaan ia tak mempunyai tugas apa-apa dari Samudra.
"Tugas apa? Gue nggak punya tugas apa-apa," ucap Aster.
"Semua PR gue udah lo kerjain apa belum?"
Aster membulatkan kedua matanya dan ia baru ingat sekarang.
"Kok masih ingat aja nih cowok nyebelin," batin Aster sembari membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa buku milik Samudra. Lalu ia memberikannya kepada Samudra.
"Ini udah gue kerjain. Lain kali kalau ada PR itu dikerjain sendiri. Meskipun ada pekerjaan lain, ya harus tetap dikerjain. Jangan males-malesan," peringat Aster.
"Thanks." Samudra tersenyum sembari mengacak rambut Aster. Lalu beranjak pergi ke kelasnya.
Aster memegang rambutnya sendiri.
"Gue kan belum keramas selama dua hari."
******
Sepasang mata tertuju ke arah pintu masuk kelas. Muncul seorang laki-laki paruh baya sambil meneteng tasnya berjalan memasuki ruang kelas.
Seisi ruang kelas tak ada yang berani berbicara. Suasana berubah menjadi tegang, sebab yang mengajar hari ini adalah guru paling tergalak se-Indonesia. Kegalakannya melebihi macan yang baru melahirkan.
"Anak-anak kalian tahu hari ini hari apa?" tanya Pak Tego sambil mengeluarkan buku fisika dari dalam tasnya yang akan ia gunakan untuk mengajar.
"Hari Rabu Pak," jawab seluruh siswa-siswi serentak.
"Salah!" kata Pak Tego dengan tegas.
"Hari Pak Tego mengajar di kelas ini," sahut salah satu siswa yang duduk paling belakang.
"Salah!"
"Hari paling menyebalkan bagi saya," jawab Cantika dengan berani.
Pak Tego langsung menatap Cantika dengan sorot mata tajam. Membuat keberanian Cantika kembali menciut.
"Jawaban kalian salah semua!"
Semua siswa-siswi saling menatap satu sama lain.
Terus jawabannya apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Fiksi RemajaAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...