"Sebenarnya lo sayang nggak sih sama gue, Dra?"
Samudra langsung menarik tubuh Aster dan memeluknya dengan erat sambil berkata, "Gue sangat sayang sama lo, Sha."
Aster sudah tidak tahan lagi untuk menahan bendungan air matanya. Bulir-bulir bening turun membasahi pipinya, ia terisak dalam pelukan Samudra.
"Maaf, kalau gue nggak bisa menemani saat lo dapat musibah. Sekali lagi gue minta maaf, Sha."
"Maaf kalau gue belum bisa jadi pacar yang baik."
Samudra terus meminta maaf kepada Aster. Kemudian ia melepaskan pelukannya. Jemarinya mengusap pelan air mata di pipi Aster. Samudra tidak suka melihat orang yang ia sayang menangis seperti ini.
"Sha, jangan marah ya. Lo mau kan maafin gue?"
Aster menatap Samudra dengan tatapan sendu. Sekarang ia tidak tahu harus marah dengan Samudra atau tidak. Tapi kalau perasaan kecewa pasti ada.
"Lo nggak marah kan?"
"Gue nggak marah tapi hanya kecewa aja."
Samudra merasa sangat bersalah dengan gadis yang ia sayang saat ini. Ia harus bisa menghibur Aster agar tidak sedih lagi dan membuatnya tersenyum lagi.
Samudra menghembuskan napas pelan dan menatap ke pemandangan kota dari atas rooftop lalu kembali menatap Aster.
"Udah, lo jangan nangis ya," ujarnya sambil mengelus bahu Aster. "Gue nggak suka lihat lo nangis."
Melihat orang yang sangat dicintainya menangis dan bersedih menambah rasa bersalahnya semakin besar. Sudah dari awal ia memang bersalah karena pergi pulang begitu saja untuk hal yang tidak penting.
Aster hanya diam saja dengan kepala tertunduk ke bawah. Menetralkan segala pikirannya serta hatinya.
"Sekali lagi gue minta maaf, Sha. Gue janji akan selalu berada di samping lo, selalu menemani lo saat dalam kesulitan," kata Samudra dengan sungguh-sungguh.
"Gue udah nggak punya hubungan lagi dengan Mawar. Dia udah jadi masa lalu gue, dengan kata lain mantan. Sekarang di dalam hati gue hanya ada rasa untuk lo. Lo satu-satunya orang yang gue cinta, gue sayang dan nggak ada orang lain yang bisa menggantikan rasa cinta gue buat lo, Sha."
Mendengar ucapan itu hati Aster seketika luluh. Ternyata Samudra memang sangat sayang dengan dirinya.
Aster menarik napasnya dan menghembuskannya perlahan dan mendongakkan kepalnya menatap Samudra dengan lekat. Kedua sudut bibirnya mengembang tipis.
"Terima kasih lo udah berani jujur ke gue, Dra. Ngomong apa adanya, dan tidak ada yang lo sembunyikan. Gue udah maafin lo."
Aster harus berpikir positif dan tidak egois apalagi terlalu berpikir overthingking dengan sesesorang.
"Tapi jangan diulangi lagi ya," pesan Aster.
Samudra langung menganggukkan kepalanya dan bisa bernapas lega karena Aster mau memaafkannya. Tidak ada gadis lain yang sebaik Aster dan langsung begitu saja memaafkan pacarnya ketika punya salah.
"Senyum dong," pinta Samudra sambil mengangkat kedua bibirnya menampakkan deretan gigi putihnya.
Seketika Aster langsung tersenyum ke arahnya.
"Nah, gitu dong senyum. Jangan nangis lagi ya?"
"Enggak kok."
"Besok hari Minggu kita jalan-jalan yuk," ajak Samudra.
Aster terdiam sejenak. Jalan-jalan? Tidak mungkin kalau besok ia jalan-jalan. Saat ini ia sudah sangat sibuk untuk mempertahankan hidup.
"Kayaknya gue nggak bisa, Dra."

KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Novela JuvenilAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...