Perahu Aster 20

38 7 1
                                    

Suatu kegiatan yang sudah menjadi hobi dan kita senang melakukannya. Entah di mana tempatnya, ya fine-fine saja. Tapi jika kegiatan itu dilakukan di tempat yang salah dan di waktu yang kurang tepat, apakah fine?

Hari ini Aster sedang menikmati perjalanannya menuju ke sekolah. Ia sangat semangat ingin cepat-cepat sampai ke sekolah untuk menggali ilmu.

Kini ia sudah tiba di depan gerbang. Lalu ia berjalan masuk ke dalam sekolahnya sambil bersenandung ria. Namun saat ia ingin menaiki tangga untuk menuju ke kelasnya. Kedua matanya tertuju ke arah sosok yang sudah tak asing baginya.

Yah, siapa lagi kalau bukan Cantika si gamers bocil.

Aster menjadi penasaran, sebenarnya seperti apa game yang dimainkan oleh Cantika sampai fokus seperti itu. Lalu Aster mengintip layar ponsel yang dipegang oleh Cantika. Kemudian setelah tahu wujud game tersebut, Aster hanya geleng-geleng kepala.

"Pagi-pagi kok udah main game," ucap Aster

Cantika mendengar suara yang tak begitu asing. Lalu ia mendongak sekilas menatap Aster yang sudah berdiri tegak di depannya.

"Hmm."

"Nggak baik main game pagi-pagi begini. Ingat tempat dan waktunya. Ini tempat mencari ilmu, bukan tempat main game," tegur Aster.

"Kalau main game itu di warnet," tambah Aster.

"Apanya yang nggak baik?" tanya Cantika dengan pandangan masih terfokus ke arah ponselnya.

"Nggak baik buat kesehatan otak lo. Ini masih pagi, waktunya otak untuk berpikir dengan fress. Kalau otak lo gunain buat mengasah kemampuan main game dan mengalahkan musuh, otak lo akan cepat lelah. Dan bakal lemot buat mikir," jelas Aster.

"Sok tau lo," balas Cantika cuek.

"Ehh dibilangin jawabnya kok malah gitu," ujar Aster.

Cantika tak menggubris ucapan Aster lagi. Ia tetap fokus ke game yang ia mainkan. Hari ini ia harus menang melawan musuhnya. Karena saat ini Cantika tidak bermain sendirian, tapi ia bermain dengan lawannya. Dan lawannya tak lebih dari satu.

Cantika terus berusaha agar terhindar dari musuh. Ia terus menekan tembaknya agar musuhnya gugur. Dengan tingkat kefokusan yang tinggi serta kelincahan tangannya untuk menggerakkan pemain di gamenya. Akhirnya ia dapat mengalahkan musuhnya. Tapi gamenya belum berakhir sebelum ia mendapat poin tertinggi.

"Hobi banget sih lo main game. Nggak capek apa mantengin ponsel mulu," kata Aster sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lo bisa diem nggak? Cerewet mulu dari tadi," sahut Cantika.

"Nggak bisa. Karena gue punya mulut, dan gunanya mulut itu buat makan, minum, dan salah satunya yang paling sering kita gunakan itu adalah buat bicara."

"Lo pergi aja dari sini biar nggak cerewet mulu," usir Cantika.

"Lo ngusir gue?"

"Kalau iya kenapa?"

"Nggak papa, sih. Tapi gue masih pengen di sini sampai lo berhenti main game. Awas kalau nanti lo kecanduan game. Tangan lo bisa gerak-gerak sendiri meskipun lo nggak sedang main game."

Cantika merasa terganggu dengan omongan-omongan Aster barusan. Tapi ia tetap fokus dan tak ingin menggubrisnya. Kalau ia menggubris ucapan Aster, bisa jadi tingkat kefokusannya akan menghilang.

"Hati-hati loh," bisik Aster di dekat telinga Cantika.

Bersamaan dengan bisikan itu, game pun berakhir. Dan Cantika mendapat posisi ke tiga. Cantika langsung menjatuhkan ponselnya ke atas pangkuannya dan menatap Aster dengan sinis.

Perahu AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang