Perahu Aster 43

23 2 0
                                    

Seseorang yang selalu dekat menganggap dirinya hanya berteman seperti teman pada umumnya. Namun jika kedekatan itu menimbulkan rasa yang tak bisa kita duga, apakah selamanya akan berteman?

Belum tentu. Bisa jadi salah satu diantara mereka akan menyatakan sesuatu yang selama ini di rasakan.

Tidak mungkin kalau harus memendamnya dalam waktu lama. Cepat atau lambat pasti akan terucap.

Seorang cowok melangkahkan kakinya keluar kelas. Tanpa ia duga sebuah tangan menarik dasinya hingga lehernya tercekik.

"Woi lepasin!" suruh Samudra. Lehernya sudah terasa panas.

Cowok yang menarik dasinya tadi tak melepaskan tangannya. Ia terus menarik dasinya, membuat Samudra ikut terseret.

"Lepasin! Gue bukan kambing," ucap Samudra.

Cowok itu langsung melepaskan tangannya hingga membuat Samudra terhuyung ke belakang.

"Gila lo." Samudra berdecak kesal sambil melepas dasinya yang sudah mengikat lehernya dengan erat.

"Sori udara. Gue kira lo tadi kambing," kata Langit sambil terkekeh pelan.

"Tolol. Nama gue Samudra bukan udara." Samudra membenarkan Langit.

"Suka-suka gue dong. Gue mau manggil udara, air, monyet lah itu terserah gue." Langit menjulurkan lidahnya.

Samudra langsung menyabet lengan Langit menggunakan dasinya.

"Orang tua gue waktu ngasih nama juga kondangan dulu. Lo jangan ganti-ganti nama orang," tutur Samudra.

"Nama sebutan doang, bukan nama asli lo yang gue ganti."

"Terserah." Samudra langsung berjalan pergi. Namun kerah bajunya ditarik oleh Langit. Membuat cowok itu harus menghentikan langkahnya.

"Apa?" Samudra membalikkan tubuhnya.

"Nanti pulang sekolah lo mau ke mana?" tanya Langit.

"Nggak ke mana-mana. Kenapa?"

"Beneran lo nggak mana-mana?" Samudra mengangguk bahwa ia memang tidak pergi ke mana-mana.

"Nggak nganterin siapa gitu?"

Samudra langsung berpikir.

"Kayaknya iya."

"Mau nganter siapa lagi? Aster?" tebak Langit.

Samudra langsung mengangguk sembari tersenyum.

"Tebakan lo benar," ujar Samudra.

Langit langsung menghembuskan napas pelan. Lalu kembali menatap Samudra dengan datar.

"Gue minta nanti lo jangan nganter Aster pulang," pinta Langit.

Samudra menautkan kedua alisnya.

"Kenapa?"

Langit maju satu langkah mendekati Samudra, lalu ia menarik kerah bajunya. Langit menatap Samudra sambil tersenyum sinis. Kali ini ia tidak boleh kalah lagi.

"Aster nggak bakal mau sama lo. Jadi lo jangan terlalu berharap lebih sama dia."

Samudra langsung tersenyum sinis.

"Kita nggak tau perasaan orang, Langit. Bisa jadi dia memang suka sama gue," tegas Samudra.

"Gue jamin nggak bakal suka." Langit melepaskan kerah baju Samudra dengan kasar.

"Lo suka sama Aster? Iya kan?" tanya Samudra.

Langit diam saja dan tidak menjawab pertanyaan dari Samudra.

Perahu AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang