Perahu Aster 45

21 2 0
                                    

Setelah berhari-hari bergulat dengan keputusannya, akhirnya Aster bisa mendapatkan titik terang. Dan sekarang ia sudah mendapatkan jawaban yang pasti. Tentunya jawaban tersebut sudah ia pikirkan secara matang.

Sebelumnya Aster sudah merasakan gejolak rasa di dalam hatinya. Akan tetapi ia tak mengakui perasaan itu pada dirinya sendiri. Aster mengabaikan semua rasa itu. Dan pada akhirnya ia mengetahui sendiri arti rasa itu.

Langkah kakinya berhenti di tengah-tengah hamparan pasir yang sangat luas. Gadis itu menghirup udara segar yang begitu nyaman. Pantai memang sangat nyaman untuk menenangkan pikiran sekaligus menghilangkan penat.

"Aster," panggil dua orang cowok secara bersamaan.

Aster langsung membalikkan tubuhnya dan menatap dua cowok itu yang sudah berdiri di depannya.

"Maaf, gue telat. Harusnya gue dulu yang datang ke sini," ucap Samudra.

"Nggak papa kok, Dra. Santai aja, gue juga baru aja sampai," balas Aster.

"Gue tadi juga mau berangkat cepat. Tapi si Udara lama banget dandannya," sahut Langit.

Samudra langsung menjitak kepala Langit.

"Mengadi-ngadi lo. Mana ada gue dandan."

"Ada kok, buktinya lo aja dandan. Biar tampan di depan Aster." Samudra langsung melotot tajam. "Betul nggak Ter?"

Aster hanya tersenyum tipis.

Sedangkan Samudra langsung menoyor kepala Langit.

"Lo nggak usah pakai kekerasan fisik. Nanti kalau gue sampai gagal otak, lo yang gue masukin ke penjara."

"Kekerasan itu sama kayak membunuh pakai pisau," ucap Samudra.

"Sama aja, kekerasan namanya."

Aster yang mendengar perdebatan mereka berdua hanya geleng-gelang kepala.

"Kalian masih mau dengar jawaban gue? Kalau enggak gue pergi nih," ujar Aster membuka suara.

Kedua cowok itu langsung menatap Aster.

"Masih," jawabnya secara bersamaan.

"Jadi apa jawaban lo Ter?" tanya Samudra.

Aster menarik napasnya lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia mengumpulkan segala keberaniannya dan  menghilangkan kegugupannya.

Setelah Aster merasa tenang dan tidak gugup. Ia akan memberikan jawabannya langsung di depan kedua cowok itu.

Langit dan Samudra masih sabar menunggu Aster untuk membuka suaranya.

"Gue." Aster menatap dua cowok itu secara bergantian. Terlihat jelas dari tatapan matanya yang menunggu harapan.

"Apa Ter?" tanya Langit yang tak sabar ingin mendengar jawabannya.

Aster masih sedikit malu untuk berkata. Tapi kali ini ia harus berani untuk mengungkapkan semuanya.

"Gue menerima cinta Samudra."

Perasaan bahagia terpampang di wajahnya. Cowok itu langsung menggenggam tangan Aster. Akhirnya Aster menerima cintanya.

"Lo menerima cinta gue?" Aster mengangguk sembari tersenyum.

Kemudian Samudra memberikan buket bunga kepada Aster. Bunga itu sengaja ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

"Ini buat gue?" tanya Aster sebelum menerima bunga itu.

"Iya Aster. Ini buat lo."

Aster langsung menerimanya. Ia juga sangat senang dan suka dengan bunga yang diberikan oleh Samudra.

Perahu AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang