"Hei Aster cantik," sapa Tiwa yang baru saja keluar dari dalam mall.
Aster yang hendak menyebrang ke zebra cross mendadak berhenti dan langsung menoleh ke arah tiga gadis yang berjalan menghampirinya sambil meneteng paper bag.
"Cantik kok murahan," cetus Mawar sambil mengibaskan rambutnya. Kedua temannya langsung tertawa.
"Katanya pintar tapi perbuatannya kok ngalah-ngalahin janda."
Seketika Aster langsung memelotot tajam.
"Kalian kalau ngomong dipikir dulu," ucap Aster.
"Mentang-mentang wajah lo mirip dengan Mawar. Lo berani menggantikan posisi Mawar! Iya?" celetuk Tiwi.
"Gue nggak merasa mirip dengan siapa-siapa. Dan gue nggak pernah seperti itu," balas Aster.
Mawar tertawa sinis, jari telunjuknya mengangkat dagu Aster.
"Penampilan lo." Mawar beralih melihat penampilan Aster dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Kurang menarik untuk dipandang. Terlalu sederhana."
"Penampilan sederhana lebih baik bukan?" kata Aster dengan bijak.
"Iya memang baik. Tapi menurut gue nggak terlalu pantas. Samudra nggak bakal mau sama lo. Jadi jangan pernah mendekati Samudra apalagi ingin memilikinya."
Aster langsung menempis tangan Mawar.
"Gue nggak pernah mendekati Samudra. Justru dia sendiri yang mendekati gue."
"Lo jangan mimpi kalau Samudra yang mendekati lo. Jelas-jelas lo sendiri yang mendekati Samudra. Iya kan?"
Ingin sekali Aster menabok mulut Mawar. Berbicara tentang orang lain itu mudah. Tapi jika apa yang dibicarakan itu tidak sesuai dengan fakta. Apakah itu akan tetap menjadi sebuah opini belaka tanpa realita?
"Sandalnya aja swalow, nggak ada bagus-bagusnya," ejek Tiwi sembari tertawa melihat sandal yang dipakai oleh Aster.
Aster pura-pura tidak mendengar ejekan itu.
"Terserah lo mau ngomong apa saja tentang gue, War. Yang jelas gue nggak pernah dekat dengan Samudra," ujar Aster dengan jujur.
Mawar tetaplah Mawar yang tidak percaya. Padahal dia sendiri sudah menjadi mantan. Kenapa masih saja mempermasalahkan hal itu? Seharusnya dirinya tahu diri statusnya apa.
"Pokoknya lo jangan pernah dekat dengan Samudra," peringat Mawar.
"Lo sendiri siapanya Samudra? Mantan bukan? Kenapa lo harus ngelarang orang lain kalau lo sendiri bukan siapa-siapanya?"
Mawar langsung membuang mukanya ke arah lain. Teringat dirinya memang bukan siapa-siapa, lebih tepatnya mantan.
Kemudian Mawar kembali menatap Aster dengan tatapan tajam membuat Aster bergidik ngeri. Dengan sengaja ia menginjak kaki Aster, lalu beranjak pergi dari hadapan Aster.
"Aduh! Nggak punya otak tuh cewek. Main nginjak kaki orang," kesal Aster.
******
Sebuah titik kecil di angkasa, titik kecil itu saling berikatan membentuk gumpalan yang berikatan dengan yang lain.
Mengeras dan membeku menjadi sebuah kapas yang bisa terbang di langit-langit nan luas dan terbentang sejauh mata memandang, putih, bersih dan sepertinya lembut. Ingin ia terbang seperti mereka, kelihatannya ringan dan tak ada beban.
Gadis itu menghembuskan napas pelan, menatap ke atas Langit yang cerah. Perlahan ia menyandarkan kepalanya di kursi taman. Lalu memejamkan matanya sejenak, mendinginkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perahu Aster
Novela JuvenilAster Aleisha Castarica, seorang gadis cantik yang dilahirkan di tengah keluarga yang memiliki segalanya. Setelah kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu, semua kehidupannya menjadi berubah. Aster menjadi anak dari keluarga sederhana dan ti...