Perahu Aster 61

42 0 0
                                    

Setelah makan malam Boy mendapat ide yang unik terkait tentang sebuah kejutan buat salah satu putrinya yang baru saja kembali ke dalam keluarganya.

Demi menyambut kembali sang putri tercinta, Boy akan melakukan apa saja dari hal kecil hingga hal besar.

Rasa rindu serta kekhawatiran di dalam diri Boy telah sirna. Jujur, setelah kehilangan salah satu putri kembarnya ia dihantui oleh rasa bersalah. Begitu juga dengan Arum sebagai sorang ibu, rasa bersalahnya sangat besar.

Waktu Boy mengetuk pintu kamar putrinya, tidak ada sahutan dari dalam. Boy kembali mengetuk pintu berkali-kali, tapi tetap saja tidak ada suara sama sekali. Akhirnya ia langsung saja masuk ke dalam kamar yang kebetulan pintunya tidak dikunci.

Saat itu juga tanpa sengaja Boy mendengar percakapan dari dua orang yang terdengar keras dari luar kamar. Ia memeriksa siapa yang sedang berbicara.

Ternyata suara percakapan itu terdengar berasal dari balkon kamar. Dan Boy mendengar semuanya.

"Jadi seperti itu kronologi hilangnya Aster," ucap Boy membuka suara.

"Maaf Pa, Mawar tidak bermaksud seperti itu," sahut Mawar.

"Kenapa kamu nggak bilang?"

"Maaf Pa."

"Kenapa nggak bilang dari dulu, Mawar?"

Mental Mawar terjatuhkan jika berhadapan dengan Papanya.

"Maaf Pa."

Hanya kata maaf yang keluar dari mulut Mawar. Ia takut untuk bilang kepada Boy.

"Setega itukah kamu kepada saudaramu sendiri? Membiarkan dia hilang dan hidupnya terlantar." Boy menatap Mawar dengan tegas.

Mawar tertunduk ke bawah tak berani menatap Boy.

"Bayangkan kalau itu terjadi sama kamu sendiri. Aster membiarkan kamu diculik orang, lalu hilang dan jauh dari orangtua kandungmu. Hidupmu juga terlantar sep...."

"Pa!" Potong Mawar sembari mendongakkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Iya, Mawar memang nggak bilang dari dulu. Mawar yang membiarkan Aster diculik dan nggak bilang ke Papa. Lalu Aster hilang dan nggak kembali selamanya. Itu semua ada alasannya, Pa. Takut kalau kasih sayang Mawar dibagi dan nggak seutuhnya buat Mawar. Tidak banyak perhatian yang dikasih ke Mawar. Semua kasih sayang dan perhatian selalu diberikan kepada Aster."

Mawar mengatakan yang sejujur-jujurnya kepada Boy. Memang itu yang Mawar takutkan dengan kasih sayang dan perhatian.

Boy menghembuskan napasnya. Ucapan Mawar ia anggap sebagai dongeng. Hanya sebuah khayalan yang tidak pernah terjadi di dunia nyata.

"Kamu salah Mawar," ujar Boy sambil menepuk pelan bahu Mawar. "Semua kasih sayang dari Papa dan Mama selalu diberikan kepada anak-anaknya, terutama kamu. Dibagi-bagi itu memang wajar. Setiap anak mendapat kasih sayang yang sama dan tidak pernah kurang.

Mawar diam sejenak sambil mencerna ucapan Boy yang tidak pernah ia pikirkan dari awal. Ia memang salah dan terlalu overthingking dengan kasih sayang dari orangtuanya.

"Maaf Pa, Mawar yang salah."

Boy tersenyum sambil membelai rambut Mawar.

"Iya, jangan diulangi lagi, ya." Mawar menganggukkan kepalanya.

Sementara Aster ikut tersenyum, akhirnya Mawar sadar kalau kasih sayang itu selalu utuh dan tidak pernah berkurang. Dibagi-bagi itu memang wajar jadi jangan takut tidak mendapat kasih sayang.

Perahu AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang