Perahu Aster 48

18 2 0
                                    

"Hari Senin itu wajar. Yang nggak wajar itu hari ini adalah mapel kimia."

Cantika memijat pelipisnya yang terasa cenat-cenut ketika bertemu dengan mata pelajaran kimia.

"Siapa sih yang nemuin kimia? Rumit banget. Ada Co3, atom, asam florida .... Dahlah tambah pusing gue." Cantika membenamkan wajahnya di atas meja.

Sedangkan Aster yang mendengar keluhan-keluhan dari Cantika hanya geleng-geleng kepala.

"Jangan menyerah, Can. Belajar terus pelan-pelan. Nanti lo pasti bisa kok," kata Aster memberikan semangat.

Cantika langsung mendongakkan kepalanya menatap Aster.

"Susah banget Ter. Gue nggak bisa," ujar Cantika sudah pasrah.

"Belum juga dicoba udah bilang nggak bisa."

"Terus gimana biar gue bisa pintar hingga mengalahkan kepintarannya Albert Eistein?"

"Caranya hanya satu."

"Apa?"

"Belajar."

Cantika menghela napas pelan.

"Langit tolong turunkan otak cerdas agar gue bisa pintar dan mendapat nilai sempurna. Aku capek harus belajar terus dan ujung-ujungnya nggak bisa-bisa," pinta Cantika sambil menatap ke atas.

Aster dan Mentari langsung tertawa setelah mendengar permintaan Cantika.

"Semua butuh proses dan nggak ada yang instan," sahut Mentari.

Cantika menatap Aster dan Mentari sejenak, lalu berdiri dari duduknya.

"Lo mau ke mana Can?" tanya Aster.

"Ngegame," jawab Cantika singkat, lalu berjalan keluar dari kelas.

Mereka berdua menatap kepergian Cantika sambil geleng-geleng kepala.

"Itu bocah belum ada perubahan. Masih aja main game," ucap Mentari dibalas dengan anggukan oleh Aster.

Mentari merapikan bukunya dan memasukkan ke dalam tas.

"Gue mau pergi kumpulan Osis dulu ya, Ter," pamit Mentari.

"Iya Tar."

"Nanti izinin ke guru kalau udah masuk. Bilang aja kalau gue dispensi kegiatan Osis."

"Oke siap Tar." Mentari tersenyum tipis lalu beranjak pergi.

Aster kembali membaca bukunya, tak sengaja ia melihat ponsel Mentari yang tertinggal di atas meja. Aster langsung mengambil ponsel tersebut.

"Mentari ponsel lo ketinggalan."

Aster bergegas mengejar Mentari untuk memberikan ponselnya.

******

Pintu ruang Osis sedikit terbuka. Kemudian ada salah satu anggota Osis yang keluar dari ruangan tersebut.

"Maaf Dek, saya mau memberikan ponsel teman saya yang ketinggalan," ujar Aster.

Adik kelas itu berhenti melangkah dan menatap Aster yang berdiri di depannya.

"Ponsel siapa Kak?" tanya adik kelas itu.

"Ponsel Mentari." Adik kelas itu manggut-manggut mengerti. "Mentari ada di dalam nggak Dek?" tanya Aster.

"Kayaknya ada Kak. Coba kakak masuk aja."

"Apa boleh saya masuk?"

"Boleh Kak."

"Ya udah terima kasih." Adek kelas itu hanya mengangguk saja, lalu berjalan pergi.

Perahu AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang