Bab 3. Game online

1.1K 61 5
                                    

3. Game online.
★★★★★

Sekolah telah usai...

Angga dan aku pulang dengan jalan kaki bersama karena tidak membawa uang lebih.

Kami berdua tidak kekantin karena uang jajannya tidak ada karena aku tidak membawa juga. Mau naik angkot juga tidak mungkin. Sangat miris sekali hidupku dan ini sudah kisaran jam 12:00-an.

Saat aku dan Angga sedang asik ngobrol, saat itulah ada mobil mewah melaju dengan cepat serta menyerempet ku juga Angga. Aku terjatuh dan terluka ditangan serta kakiku sakit. Selamat bagi Angga karena buru buru menghindari tapi tidak denganku yang nasibnya tidak baik.

"Mas, kamu gak apa apa?" tanya Angga memperhatikanku sambil menolongku dengan mengulurkan tangannya. Lalu memapahku. Aku meringis kesakitan karena luka luka yang ku alami terasa perih. Ada noda di seragamku yang kotor. Rasanya aku ingin menangis, tapi malu karena aku sudah besar, kelas XI.

"Lumayan" balasku datar. Meringis menahan nyeri sambil tertatih dibantu Angga yang hanya nyengir melihat noda darah dipakaianku.

"Mobil siapa itu tadi Ga?" tanyaku tapi Angga cuma diam saja. "Gak punya mata apa, kalau ada orang sedang jalan. Padahal jalannya lebar" rutukku pada pengendara yang tadi bikin ulah. Ku lihat Angga hanya nyengir saja bahkan sambil garuk garuk kepalanya yang tidak gatal. "Kamu tau siapa pemilik mobilnya kan, Ga?" cerca ku karena Angga hanya terlihat cengar cengir sedari tadi, kini hanya mengangguk lemah. Sudah ku duga kalau Angga pasti mengenalnya.

"Riko dan dibelakangnya tadi mobil milik Raya" jelasnya menatapku ragu. Kenapa mereka sangat membenciku? Apa salahku pada mereka hingga hampir menabrak ku yang menyebabkan ku luka luka.

"Kenapa mereka begitu jahat padaku?" keluhku sambil meringis menahan nyeri yang ku rasakan. Angga memilih untuk diam ketika aku sedang bersedih karena ulah Riko.

Aku berjalan tertatih sambil meringis dan dipapah oleh Angga, rasanya ngilu. Rasanya aku gak kuat berjalan, namun aku paksakan untuk berjalan, karena jaraknya sampai kerumah masih agak jauh.

"Mas, aku gendong ya. Kayaknya, mas Bening gak kuat" kata Angga. Aku hanya diam saja saat Angga meraih tubuh ku, di aturnya untuk digendong dipunggungnya yang lebar dan nyaman. Aku tau kalau Angga kuat terlebih tubuh nya bagus. Namun, masih bagusan tubuh Riko, kenapa aku malah kepikiran anak jahat itu? Akh, lebih baik aku mikir ke hal yang lainnya.

"Apa yang mas pikirkan, Dari tadi cuma diam?" tanya Angga didepanku yang fokus jalan karena aku berada dalam gendongannya yang nyaman. Tak terasa akan sampai ke rumah karena aku melamun cukup lama.

"Gak ada" balasku bohong, setelah menyadari aku terlalu banyak diam dalam gendongannya. Tidak mungkin aku jujur pada Angga kalau aku kepikiran sama Riko yang jahat itu.

"Jangan bohong!"

"Maksud kamu apa Ga?"

"Ya, karena mas Bening, gak biasanya ngelamun"

"Sudahlah Ga, gak usah bahas hal yang nggak penting"

"Turun mas, capek. Udah nyampek"

"Makasih Ga"

Angga masih memapahku keadaan rumah masih sepi. Sepertinya Putri belum pulang, kata Angga biasanya pulang jam 3:30.

Masih ku rasakan sakit menderaku. Aku buru buru masuk dan menahan rasa nyeri yang menderaku sekuatnya. Ingin aku cepat mandi dan menunaikan tugasku sebagai muslim, tak boleh ditinggalkan. Itulah bentuk pengabdian ku pada Tuhanku.

"Mau kemana mas?" tanya Angga keheranan karena aku seperti memiliki kekuatan baru. ku tak pedulikan Angga yang melongo keheranan melihat tingkahku.

"Kamu Kesambet ya mas" imbuhnya lagi. Aku tak peduli ocehan Angga, aku langsung masuk ke kamar mandi serta langsung mandi. Walaupun, ada rasa perih saat ku guyur tubuhku. Aku juga tak lupa mencuci pakaianku biar bersih dari noda darah yang sudah mengering.
Beberapa saat selesai, aku pun ganti baju dan sholat dikamar. Agak lama...

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang