Bab 29. RASA BOSAN

546 50 8
                                    

Bab 29. Rasa bosan.
★★★★

Sudah beberapa hari ini aku selalu dikamar Riko. Apa apa selalu aku yang membantunya.

Aku telah mengorbankan sekolah demi untuk menemani Riko. Entah mengapa pihak sekolah sama sekali tidak menegurku, ini suatu keanehan buatku.

Bahkan baik ibuku maupun ayahku juga tidak mempermasalahkan keadaanku, katanya itu demi kebaikanku.

Disaat waktu senggang aku sempatkan menumui ibuku untuk sekedar curhat. Ibuku tidak bisa berbuat banyak apa yang kini ku jalani.

Yang tidak habis pikir, Riko tidak mau tidur berdua dengan ku, entah dengan alasan apa? Mana keadaan ruangan dingin karena ac-nya selalu nyala. Toh aku juga belum tentu akan ngapain ngapain dia. Dikira aku homo murahan yang bisa nerima gitu aja. Kenapa aku marah marah gak jelas padanya.

Aku selalu sabar menghadapi sikapnya yang terkadang kekanak kanakan membuatku terkadang naik darah karena keterlaluan.

Aku tidak tau keadaan sekolah seperti apa?

Kini aku baru ingat seseorang yang pernah aku buat celaka, Raya. Entah bagaimana kabarnya wanita jalang itu nasibnya kini. Aku terlalu sibuk dengan duniaku hingga melupakan Raya gadis binal yang sering membullyku. Kini, ku buat kapok tidak berani mengusikku lagi. Merasa amankah aku? Tentu tidak karena siswa yang lain masih saja sikapnya sama tidak ada bedanya. Tapi, selama mereka tidak menggangguku aku pun tidak akan mengusik mereka.

Tadi aku minta waktu sebentar buat balik ke paviliun karena ada hal yang penting. Aku juga merahasiakan dari Riko hal apa yang akan ku kerjakan di paviliun.

"Mau ngapain sih, ke paviliun?" sungut Riko ketika aku mau pamit pergi.

"Bukan urusanmu juga kan. Semua hal tentang aku, apa kamu perlu tau. Privasiku tidak perlu ku ceritakan padamu juga kan" cerocosku karena sedari tadi seperti Riko enggan aku tinggal.

"Sudah beberapa hari aku disini. Aku tidak sekolah cuma untuk menemanimu. Papamu telah menjamin ku tidak akan ada masalah disekolah. Sepertinya papamu orang yang berkuasa disekolah" terangku menatapnya tajam.

Riko cuma terdiam mendengarkan. Ada desahan berat ku dengar...

"Aku ingin tau siapa papamu sebenarnya, orang pentingkah? Jujur Riko" aku tidak perlu basa basi jika kami berdua. Lain lagi jika ada orang lain didekatnya mungkin akan berbeda.

"Pa- papaku penanam saham terbesar disekolah permata Bangsa" akunya terlihat biasa, hal itu membuatku mangap tak percaya seperti orang begok.

"Oh, pantesan" gumamku manggut. Kini aku baru sadar jika papanya Riko punya andil besar dengan sekolah elite itu. Pantesan dia songong juga sombong ternyata papanya itu punya kuasa.

"Kamu nggak perlu takut" sahutnya menatapku dengan tersenyum miring.

"Satu hal lagi, apa kamu tau siapa orang orang yang telah membuatmu jadi begini?" tanyaku hati hati. Mendadak air mukanya berubah, namun sesaat kemudian terlihat datar.

Semula aku jadi ketakutan, bisa saja Riko histeri sama seperti waktu itu ketika aku mau menanyakan ikhwal apa yang terjadi padanya.

"Wajahnya tidak kelihatan. Tapi,,," ada jeda diucapkannya sepertinya Riko mengenang semua kejadian yang di alami. Mukanya berubah dratis. Kini bisa duduk.

Semula aku akan melangkah pergi karena akan ada hal yang ku lakukan malam ini. Tapi, tertahan oleh Riko yang kini nampak serius menceritakan hal yang di alaminya.

Tiba tiba Riko memelukku erat sambil menangis sesenggukan...

"Ak- aku hanya tau inisial mereka,,, D dan L, itu saja,,," desahnya berat. Sepertinya beban yang dialaminya telah berkurang.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang