Bab 20 .Sikap

866 50 8
                                    

Bab 20. Sikap.
★★★★

Aku hanya tersenyum memperhatikannya sedari tadi...

Mas Surya tersenyum membalas, sepertinya senang aku bisa bersamanya.

"Bening, kenapa kamu malah tersenyum?" tanya mas Surya  terlihat grogi karena aku balik menatapnya cukup lama hingga aku membalasnya karena sedari tadi cuma diam.

"Mas Surya, aku cuma ingin tanya satu hal. Tapi, mas harus jujur"

"Katakan. Aku harus jujur tentang apa?" tanyanya merasa bingung.

"Sebelumnya mas pernah jujur tentang masa lalu mas" ku Hela nafas pelan. Lalu...
"Sekarang, aku mau tanya,,, apakah mas Surya benar sayang padaku atau,,,," aku terdiam. Aku merasa takut juga nggak enak. Aku juga tak ingin memberi harapan palsu padanya. Aku sendiri tidak mempunyai perasaan apa apa padanya. Bahkan, aku tak ingin menyakiti perasaannya karena berharap padaku.

Mas Surya terdiam sepertinya berpikir karena sambil menghela nafas berat...

"Jujur, aku sayang padamu. Aku juga punya perasaan cinta padamu" aku-nya membuatku makin bersalah. Kini aku yang terdiam, aku tak berani menatapnya sama sekali, bahkan aku tertunduk. Takut.

Aku malah terdiam. Merenung....

"Tak apa jika kamu tak bisa. Aku ngerti dan juga aku meminta maaf padamu karena aku telah terlalu jauh padamu. Kamu tidak marah padaku kan-?"

"Justru aku takut jika mas Surya menjauhiku setelah kejadian itu?" Kini aku menatapnya dengan rasa sedih. Namun, mas Surya tersenyum sambil menggeleng.

"Bening, aku tak sepengecut itu. Apa pernah ada seseorang yang seperti itu?" tanya mas Surya. Hati mencelos. Entah mengapa mas Surya bisa menduga seperti itu padaku?.

"Aku tau apa yang kamu alami" terkanya membuatku makin malu dan bersalah.

"Tapi, sudahlah Bening, kamu tak perlu risau, perasaanku padamu tak akan berubah" tegasnya dengan tersenyum memeluk hangat. Ku biarkan aku dalam pelukan hangatnya, tenggelam dan makin jauh mendalami perasaannya sehingga aku tersadar dan harus kembali ke alam nyata untuk istirahat.
_______"___"______

Aku terbangun setengah enam dan mas Surya masih asyik tidur dengan tubuh polosnya bahkan kalau kontolnya dalam mode erektion, ukurannya yang sangat fantastik dengan tubuh yang atletis sesuai dengan tubuhnya dalam keadaan terlentang.

Hati berdebar menyaksikannya, sekali pun aku telah merasakan miliknya tapi tetap hati dag dig dug.

"Mas bangun. Sudah pagi,,," kataku menyentuh wajahnya yang halus karena ku perhatikan sedari tadi tak ada reaksi. Nafasnya masih halus teratur.

Sekali lagi ku coba untuk membangunkannya walaupun hatiku berdebar debat tak karuan. Terlebih saat menatap kebawah yaitu bagian kontolnya yang ereksi sempurna rasanya aku ingin menyentuhnya walaupun mas Surya tak akan keberatan jika aku ngemut sekalipun karena aku tau perasaannya sekarang padaku, kalau mas Surya sayang padaku bahkan mencintaiku.

Tak disangka tubuhku malah dipeluknya bahkan pipiku diciumnya dengan gemas berkali kali, nafasnya mulai memanas, agak memburu dengan mata masih terpejam rapat.
'Gawat nih! Ada badak ngamuk' batinku.
Nafasnya makin makin memburu, terengah karena nafsu.

"Dek,,, emut lagi ya,,, aku mohon, aku pengen kamu emut lagi" ucapnya dengan menafas serta gejolak didalam tubuhnya  karena kontolnya bergerak gerak, berkedut kedut tak karuan.

"Mas,,," kataku dengan menelan ludah, kelu. "Aku nggak mau kalau mata mas merem" imbuhku dengan menahan rasa didalam hatiku yang tak menentu. Godaan yang membuatku dilema. Aku ingin mas Surya tau apa yang ku lakukan padanya.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang