Bab 41. NASI SUDAH JADI BUBUR

545 46 7
                                    

Bab 41. Nasi sudah jadi bubur
★★★★

Bukannya melepaskan pelukannya Riko malah erat memelukku.

Bu Kinasih terlihat biasa saja, tanpa terganggu. Apa yang dilakukan putranya padaku itu adalah hal yang lumrah.

Aku saja sudah pucat dan lemas tubuhku. Aku takut bu Kinasih memarahiku. Atau bahkan mengusirku dengan mempermalukan, dengan apa yang dilakukan Riko memelukku didepan mamanya. Itulah hal yang ku takutkan, nantinya.

"Sayang bagaimana sekolahmu tadi?" tanya bu Kinasih perhatian.

Riko tersenyum bangga bahkan sudah melepaskan pelukannya dengan santai tanpa rasa canggung.

Hatiku sudah berdebar tak karuan...

Ketakutan ku bukan tanpa alasan.

"Mama,,," Riko datang ke mamanya serta datang diperlukan hangat mamanya karena bu Kinasih merentangkan tangannya lebar.

"Putra kesayang ibu sudah membaik, syukurlah"

"Tapi ma, pak Dwi Setiawan dan pak Lexi Precili tidak masuk hari ini.   Aku sudah menanyakan ke kepala sekolah, sudah lama tidak masuk. Kabarnya tidak ada yang tau ma"

"Hus hus,,, sayang kamu jangan sedih. Papa pasti bisa menemukan bajingan itu. Mama yakin"

Aku agak mundur serta mendengar obrolan mereka.

Aku seperti obat nyamuk saja berdiri seperti orang cengo dikamar Riko.

"Aku ingin manusia manusia laknat itu dikuliti hidup hidup ma"

"Pasti sayang. Keluarga Sanjaya tidak akan membuat hidup mereka juga keluarga mereka hidup tentram karena telah berani mengusik keluarga Sanjaya. Mereka tidak tau sedang berhadapan dengan siapa?" by Kinasih nampak menyeringai, sorot matanya syarat dengan dendam kesumat.

"Kak Xxaqie dan Kak Zsaye udah balik keluar negri ma?"

"Udah sayang tapi cuma Zsaye saja sedang Xxaqie masih disini. Tumben kamu tanya mereka?"

"Cuma sekedar memastikan ma. Apa kakak kakakku itu perduli sama aku atau pada kerjaannya"

"Kan Zsaye anaknya masih kecil sayang. Suaminya juga sibuk"

"Aku kok gak liat ponakanku"

"Gak mungkinlah sayang, kamu lagi sakit waktu itu. Zsaye juga panik. Lagian gak lama disini" jelas bu Kinasih yang hanya dibalas Riko anggukan pelan.

"Lalu kemana kak Xxaqie?"

"Biasa kakakmu hobinya traveling"

"Kok istrinya gak dibawa ma?"

"Kan sibuk kerja"

"Sudah lama belum dikarunia anak. Kasihan kak Xxaqie"

"Makanya nanti kalau kamu nikah, bikini mama anak yang banyak"

"Huh, mama apaan si. Enak aja nyuruh aku gitu. Coba ke kak Zsaye mau gak tuh bikini cucu banyak buat mama"

"Emang kamu gak nikah sayang? Kamu kan udah punya pacar. Siapa itu namanya, Raya ya Raya. Dia gadis manis, cantik lagi. Aku kira kamu cocok kok sama Raya"

"Entahlah?" desah Riko resah, sesekali menatap kearahku. Ada apa denganku, sesekali melihat kearahku. Apa peduliku?

"Nak Bening, maaf ya ibu anggurin. Tadi gimana sekolahnya?"

"Alhamdulillah baik bu" balasku singkat ku beri seulas senyum.

"Riko gak macam-macam kan tadi?"

"Enghmmm,,, sa, saya,,,, maaf" ucapku terbata. Karena yang ku tau tadi disekolah Riko membuat ulah bahkan berseteru dengan mas Surya bahkan mengancamnya.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang