Bab 94. Tak disangka (Bagaikan Mimpi)

208 17 0
                                    

Bab 94. Tak disangka (Bagaikan Mimpi)
★★★★

Air mata sang gadis terus bergulir seperti mata air, dengan tatapan tajam kearah Riko tak percaya.

Sedangkan menatapku enggan, juga ada rasa takut.

"Aku tidak menyangka kau begitu rendah Riko!" sentaknya geram.

"Ra- Rayaa,,, ini tidak seperti apa yang kamu pikirkan" tatapan Riko menatapku kesal juga menahan rasa malu baik pada Raya maupun pada orang sekitar yang tadi melihat apa yang ku lakukan.

Dulu, Raya gadis jalang yang pernah ku beri pelajaran. Raya matanya melotot menatap kearah Riko karena aku telah menciumnya didepan banyak orang karena Riko sedang ngambek.

Aku tak peduli dengan keadaanku,walaupun aku menjadi jalang karena aku juga tidak tahu jika bertemu dengan Raya disini.

Mata Riko melotot kearahku, aku yang dapati itu hanya mendesah pelan, tak ku pedulikan emosinya.

"Ini gara-gara kamu. Main nyosor, cium aja" gertaknya keras menatapku.

"Menjijikan!" umpat Raya.

"Kenapa wanita itu marah marah sama cowok itu?"

"Mungkin pacarnya?"

"Wajar kalau marah, cowoknya dicium"

"Bisa saja itu sahabatnya"

"Seharusnya gak perlu marah"

"Dicium juga, gak berkurang pun"

"Cemburulah, cowoknya digituin sama cowok lain pula"

"Eh, kenapa kita gak bisa marahin tuh cowoknya. Terlalu manis sih"

"Iya, gue gak tega lihatnya"

"Iya kayak punya sihir"

Berbagai macam persepsi dilontarkan pada kami bertiga karena aku, Raya dan Riko saling berdebat....

"Raya kamu salah, aku..." Riko tercekat, ada rona menghiba ketika Raya menghujatnya.

Bahkan Riko begitu emosi padaku tapi emosinya tak juga dikeluarkan.

"Lebih baik kita gak usah teruskan hubungan kita lagi" pungkasnya, sambil hentakan kakinya, sambil berlalu dengan langkah gontai.

"Rayaaa, tuguuu,,,," kejar Riko karena jalannya cepat disusul oleh Riko.

"Riko,,, tunggu, jangan tinggalkan aku. Rikoo,,," seruku hingga mengundang perhatian yang lain. Bahkan Raya tadi pun banyak yang melihatnya.

Semua orang yang lalu lalang pun nampak bergantian memperhatikan.

Namun aku kehilangan jejaknya Riko hanya terduduk lemas di dekat orang orang berjualan yang berjejer, mungkin dekat parkir. Tapi, aku lupa tempatnya karena area monas begitu luasnya.

"Riko,,, kenapa kamu pergi tanpa dengar aku memanggil. Kau tega! Aku benci kau Riko!" gumamku sedih, namun sekuatnya ku tahan air mataku, walaupun rasanya air mataku terasa panas. Mungkin sudah menggenang di pelupuk.

Ku hela nafas panjang, pikiranku benar benar blank. Aku tak tahu harus kemana karena aku tak mungkin kembali ketempatnya Riko karena aku tidak tahu jalan kembali kerumah Sanjaya.

Tak terasa air mataku luruh....

Ada seorang cowok menatapku sinis, itupun bersama dengan kawan kawannya, aku tidak tahu berapa jumlahnya dan mereka semua menatap ku sinis.

Aku tidak menyadari jika nantinya aku akan bertemu dengan cowok itu, dan dari situ pula aku akan dapat masalah yang akan jadi pemainan hidupku yang tak ku lupakan.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang