Bab 49. Kemarahan

420 42 3
                                    

Bab 49. Kemarahan
★★★★

Mata mas Xxaqie melotot kearah kami!

Tentu saja yang lainnya melihat kearah kami tak terkecuali orang tuaku.

Riko memegang kedua bahuku, masih dalam keadaan menciumku.

Kami masih membeku ditempat dengan berciuman.

"Menjijikan! Apa yang kamu lakukan Riko?" bentak mas Xxaqie marah tanpa beralasan.

Mas Xxaqie meraih Riko paksa hingga lepaslah ciumannya padaku.

Tentu airnya sudah masuk ke mulutku serta ku telan.

"Kenapa kakak marah gak jelas padaku?" sentak Riko juga tersulut emosinya.

"Ooh, jadi kakak cemburu nih?" Lanjutnya penuh selidik.

"Aku datang kesini buat perhitungan dengan dia, bukan sama kamu Riko" tunjuknya padaku yang terbaring di ranjang rawat yang empuk serta nyaman.

Ibu dan ayahku berdiri memandang tak percaya.

Akibat ulahku terkena imbasnya.

Ibuku sudah berair matanya, ayahku hanya menatapku sedih.

Mata mas Xxaqie merah tanda sedang marah.

"Den Xxaqie, maafkan anak kami" Isak ibuku meminta maaf padanya tulus.

"Bi Ijah, saya tidak ada urusan dengan bibi, juga paman" tatapnya kearah orang tuaku.

Aku seperti mendapat kekuatan...

Mas Xxaqie sudah agak dekat, tapi di halang halangi oleh Riko yang tak terima bila aku di marahi.

"Aku tidak takut sama kamu!" geramku emisi juga.

"Nak,,," ucap ibuku lirih.

"Lancang kau. Berani benar kau melawanku. Kau tau berapa biaya rumah sakit ini?"

"Aku tidak peduli, juga bukan urusanku. Aku seperti ini juga gara gara kamu"

"Manusia tidak tau balas budi"

"Menyesal aku tidak sekalian membunuhmu di dunia mimpi!"

Seketika muka mas Xxaqie memucat namun kemudian tertawa mengejek.

"Kenapa tidak kau lakukan, kenapa kau harus membebaskan ku?"

"Itu atas permintaan adikmu yang selalu mengancam ku!" tegasku.

"Ternyata kau masih sayang dengan keluargamu. Bagus, itu artinya kau harus patuh dengan aturan kami"

"Aku bisa saja memusnahkan keluarga Sanjaya dari muka bumi ini!" ancamku dengan rahang gremetak.

"Lakukan saja, sebelum kau lakukan itu, perlu kau ketahui, keluargamu akan masuk penjara selamanya, CAMKAN ITU!" desaknya membuatku tak berkutik.

Orang kaya selalu tolak ukurnya yaitu uang. Uang sangatlah berkuasa dan bisa membeli apa saja termasuk HUKUM.

"Aku tidak takut! Kakekku akan bertindak jika dari keluargaku terancam!" Entah mengapa kini aku telah lancar berkata kata.

"Ternyata aku salah menilai kalian. Aku kira kalian itu orang baik hati, tapi persepsi ku salah selama ini. Ternyata itu hanya kedok saja. Sungguh munafik!" tandasku.

Ibuku sudah menangis tersedu sedu, sedangkan ayahku hanya bisa menunduk pasrah.

"Kalian kira aku tidak bisa membunuh kalian saat ini. Kalian salah. Nyawa kalian itu ibarat lalat sekali pukul mampus!" tambahku berapi api. Riko tidak berani menatapku karena sekali ambil tindakan aku tidak segan untuk melenyapkannya saat ini juga.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang