Bab 22 .Perhatian

763 46 1
                                    

Bab 22. Perhatian.
★★★★

Tatapannya tidak segarang dulu, bahkan lembut, ada senyum terulas disana. Ada rasa ketakutan terpancar disana. Tapi, aku tidak menggubrisnya hanya ku lihat sekilas sambil ku lanjutkan membaca lagi.

Suaranya ku anggap sebagai angin lalu...

Bagiku tidak penting.

Semua siswa kini terheran melihat perubahan sikap Riko terhadapku. Sikapnya berubah total 180°.

Mendesah pelan. Ku tutup bukuku, ku perhatikan sekilas karena Riko terlihat termangu kearahku.

"Bening,,,," ulasnya meragu. Seakan ingin mengakrabkan diri. Lagi lagi aku hanya terdiam tanpa memperdulikannya.

Raya tidak berani menunjukan dirinya karena malu dengan keadaannya yang pasti akan dapat cemoohan dari siswi sekolah ini.

Aku merasa kasihan juga, tapi itu setimpal dengan apa yang dilakukannya terhadapku selama ini.

Namun berbeda dengan Riko yang masih untung tidak ku buat cacat permanen seperti pacarnya, wanita jalang itu.

Tet, tet, tet,,,,

Tanda masuk kelas telah berbunyi serta ada suara pemberitahuan mempersilahkan seluruh siswa masuk kekelasnya masing masing, sehingga semua siswa telah masuk, termasuk dengan kelasku tapi tidak dengan Raya yang memang tidak masuk hari ini.

Angga terlihat terakhir masuknya bahkan tidak memperdulikan ku kalau aku ada didekatnya. Menyapa pun tidak bahkan senyum apa lagi.

Aku memilih untuk diam, toh aku tidak ada urusan lagi terlebih aku tidak akan pulang hari ini karena aku akan nginap di paviliun milik Riko dan Angga tidak tau hal itu. Aku juga tidak akan bercerita padanya.

Hingga pelajaran berlangsung karena pelajaran MTK maka sudah tentu ada 4 jam, ku lihat Angga nampak gelisah.

Ku lihat pak Dwi sering mendekat kearah Riko, entah mengapa beliau itu kayak ada something dengannya. Tapi aku juga tidak peduli, juga bukan urusanku.

"Mas, mas,,," panggil Angga sedari tadi nampak bingung. Sebenarnya aku kasihan tapi melihat sikapnya yang cuek membuatku jadi jengkel.

"Ada apa?" jawabku jutek, aku sudah tau jawabannya kenapa Angga menyapaku.

"Jutek amat mas. Tolong kasih tau jawaban yang ini" tunjuknya kearahku tanpa ku gubris karena males.

"Emang urusanku" ku lirik sekilas dan hal itu mengundang perhatian pak Dwi.

"Bening kamu kenapa berisik?" pak Dwi menatap tajam kearahku tidak suka. Ku lihat sekilas Riko malah tersenyum kearahku hal itu mengundang perhatian pak Dwi juga terlihat makin tidak sukanya terhadapku.

Haruskah aku jujur kalau Angga minta contekan dariku atau ku biarkan saja. Tapi aku kasihan padanya...

"Maaf pak, tidak ada apa apa" elakku karena tak ingin Angga terkena masalah karena belum menyelesaikan tugasnya terlebih minta contekan dariku.

"Ya sudah. Jangan berisik. Tugas kamu sudah selesai Bening" ku anggukan kepala karena aku telah selesai dari tadi.

Pak Dwi tidak mungkin akan bisa mencari kesalahan dariku sekalipun dari tugas yang diberikan sesulit apa pun karena siswa yang lain juga harus mengerjakan, belum tentu siswa yang lain bisa mengerjakan tugas dari pak Dwi jika tugasnya itu sangat sulit. Sesulit apa pun akan ku kerjakan bila diberikan contohnya.

"Sudah pak-"

"Tolong dikumpulkan kalau sudah selesai. Untuk yang lainnya harap dikumpulkan juga" titahnya, tentu saja membuat siswa yang belum kelar langsung memucat. Kalau aku stw wae berjalan ke depan mengumpulkan tugas yang telah selesai sedari tadi. Bernafas dengan lega.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang