Bab 48. DUKA YANG TERASA

435 42 1
                                    

Bab 48. Duka yang terasa
★★★★

Kami bergegas kedepan...

Melihat siapa orangnya?

Aku tau itu suaranya Riko yang lagi emosi.

Tentu emosinya kepadaku.

Aku sudah mendunganya jika hal ini pasti akan terjadi.

Ibu dan ayahku tentu saja tidak tau menahu persoalannya terlebih ketika berhadapan dengan Riko sang anak majikan.

Ibu dan ayahku mukanya langsung berubah...

"Ada apa den? Kenapa den Riko teriak teriak gitu?"

"Iya den Riko, ini masih pagi?"

"Bi Ijah, paman Sarif saya tidak ada urusan dengan kalian. Melainkan dengan Bening?"

"Ada apa den Riko" tanya ibuku.

"Iya den?" tambah ayahku penasaran dibuatnya.

"Bibi, paman bisa gak kalian diam?" bentak Riko emosi.

Sedari tadi aku hanya diam mendengarkannya!

"Riko tolong, sopan dengan orang tua!" seruku karena aku benci dengan orang yang tidak menghormati yang lebih tua. Terlebih aku tidak menyebut namanya dengan embel-embel 'Den' di depan. Ibuku terlihat marah tapi juga mengerti akan keadaanku, yang terlihat bingung yaitu ayahku, mungkin aku lancang langsung nyebut namanya.

"Apa hakmu?"

"Tidak ada. Tapi tolong, paling tidak kamu hargai mereka" sahutku cepat.

Terlihat sekali kalau Riko emosi...

"Kamu akan mengancam lagi, silahkan. Tadi juga aku sudah bilang ke orang tuaku, bahwa aku akan pergi dari sini!" Lanjutku, aku tidak akan main main lagi.

"Bening, sopan kamu!" seru ibuku, nadanya seperti ketakutan.

Tentu hal itu membuatku sedih.

Ayahku hanya diam mematung karena tidak tau menahu persoalan antara kami. Istilahnya ayahku itu sangat lugu, karena kerjanya hanya nunggu pintu gerbang masuk rumah keluarga Sanjaya.

"Ada apa ini nak? Kenapa ibumu bisa semarah itu sama kamu, kamu juga menyebut nama den Riko hanya Riko saja, kayak kamu temannya saja?" tanya ayahku bingung, tentu saja ayahku bingung dengan apa yang terjadi.

"Dengar itu kata bi Ijah"

"Dengan paman Sarif juga bibi Ijah, saya datang kesini karena keadaan kak Xxaqie sedang pingsan, tidak bangun bangun. Apa yang di alaminya itu sama persis dengan yang saya alami" teranganya kini ucapannya melembut, sesekali menatapku tajam.

"Saya tidak akan segan segan lapor ke papa dengan apa yang dialami oleh kak Xxaqie, termasuk memenjarakannya. Kalian tau kan, papaku orangnya gimana?" Tentu saja pernyataan Riko membuat kedua orang tuaku sedih, terlebih Riko selalu menatap tajam kearahku.

Ibuku sudah tau apa sesungguhnya yang terjadi, tapi ayahku mana ada mudeng mudengnya karena ayahku masih lugu.

Apakah ayahku tidak tau kalau aku punya semacam ilmu gitu? Tentu saja ayahku sangat paham. Yang jadi masalahnya ayahku hanya memilih untuk diam, tidak mau mengurusi persoalan tentang hal mistis.

"Apa yang terjadi Dek?" tanya ayahku lirih.

"Kenapa den Riko marah marah gitu, serta nuduh anak kita seperti itu" sambung ayahku penasaran karena Riko selalu saja menatapku.

Dengan berat hati ibuku menjelaskan pada ayah apa yang sesungguhnya terjadi...

"Mas, dengar. Den Riko marah sama anak kita itu ada alasannya, karena den Xxaqie terkena ilmu Penjerat Mimpi!"

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang