Bab 28. SIAPA PELAKUNYA

540 40 2
                                    

Bab 28. Siapa pelakunya?
★★★★

Tentu saja aku tak bisa berbuat apa apa, hanya diam membeku ditempatku.

Dibelakang, ada Xxaqie dan Zsaye menatap tak percaya kearahku.

Mungkin keduanya mendengar apa yang ku bicarakan dengan Riko karena aku bersikap seolah Riko itu bukan siapa siapa walaupun notabenya Riko itu anak seorang majikan yang harus ku hormati bukan sebagai teman biasa.

"Apa yang Lo tanya pada adik gue, jawab?" seru Zsaye panik juga emosi.

"B#ngsat Lo ya. Lo telah membuat adik gue kayak gini?" teriak Xxaqie marah bahkan hampir memukulku.

Aku diam ditempatku dimarahi oleh keduanya.

Ku lihat Riko masih ketakutan dengan mata terpejam serta air matanya mengalir deras dengan tubuh masih terguncang.

Tanpa ragu aku memeluk Riko, aku tidak peduli persepsi keduanya terhadapku yang terpenting aku ingin membuat Riko tenang dengan keadaannya yang mungkin aku telah mengungkit luka lamanya.

"Riko, Riko tenang. Ini aku,,, maafkan aku" sesalku berbisik didekat telinganya.

Cukup lama hingga nafasnya agak tenang, membuka matanya perlahan. Menatap ku sendu, ada sayatan dalam luka dimatanya bahkan gairah hidupnya seakan meredup.

"B- Bening,,, aku,, aku takut,,, hiks hiks,,," isaknya seperti anak kecil.

"Tenang Riko, disini kamu aman. Tak kan ada yang berani datang kemari" jelasku sambil ku tatap matanya yang sendu.

"Terima kasih. Aku berharap kamu menemaniku disini"

"Iya, aku tidak akan meninggalkan mu sendirian"

Riko masih memelukku seakan takut aku meninggalkan dirinya. Aku tepis semua perasaanku yang campur aduk saat ini terlebih ada kedua kakaknya yang tidak bisa berbuat banyak hanya berdiri termangu ditempatnya.

"Riko dengar, aku aman. Ini rumahmu, siapapun tidak berani datang kesini" berkali kali aku memberitahunya agar Riko tidak merasa ketakutan.

Aku tau kalau jiwanya benar benar terguncang.

Hingga cukup lama, akhirnya Riko mengendurkan pelukannya  tapi aku belum berani untuk lepas karena Riko masih memegangku.

"Aughhh,,,," Riko mengaduh. Tanpa sengaja aku menyentuh selang infusnya.

"Maaf" kini Riko telah melepaskan pelukannya membuatku lega.

Aku tak akan menanyakan lagi perihal siapa pelaku yang telah membuatnya seperti ini.

Disaat itulah kedua orang tuanya datang dengan muka panik.

Rupanya ada yang melaporkan kepada mereka.

Aku tidak tau siapa yang memberitahunya.

"Sayang, ada apa? Katanya tadi teriak teriak ketakutan?" tanya Bu Kinasih.

Aku beringsut menjauhi untuk menghormati mereka. Bagaimanapun aku masih punya etika.

"Nak, katakan ada apa, jangan diam saja?" ucap pak Mahendra sepertinya bingung.

Riko terlihat menggeleng lemah.

"Bu, pak saya berharap kalian jangan memaksa den Riko dulu karena kondisinya belum memungkinkan buat cerita. Tunggu sampai keadaannya benar benar pulih" terangku karena tak ada pilihan lain.

"Ma, pa,,, anak udik ini lancang sekali pada kalian!" seru Zsaye sepertinya tidak suka aku memberi saran.

"Benar ma, pa... Anak pembantu sudah lancang serta membuat adik Riko menangis!" tambah Xxaqie mengadu. Apa maksud mereka bicara seperti itu serta merendahkan dihadapan orang tua mereka. Sedih. Tentu saja aku merasakan hal itu. Tapi aku tak bisa berbuat banyak.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang