Bab 50 Sebuah ajakan

455 44 7
                                    

Bab 50. Sebuah ajakan
★★★★

Tak terasa cerita ini sudah sampai part ke 50.

Ku suguhkan ceritaku yang abal abal ini, sebenarnya aku pribadi merasa kalau ceritaku ini masih banyak kekurangan.

Bahkan, mungkin karena update setiap hari hingga dapat rating yang seharusnya itu untuk cerita yang lebih bagus dan cukup banyak yang masih jauh lebih bagus dari cerita ini.

Aku sangat berterima kasih pada kalian yang telah membaca ceritaku ini.

Itu saja muqodimah dari ku,,,
_____________

Tentu terjadi kekikukan diantara kami, ketika ibuku memergoki kami sedang bicara sangat dekat.

Apa mungkin ibuku mendengarnya ketika Riko tadi bicara.

Ibuku selalu memergokiku dalam keadaan sikap Riko mesra padaku.

Namun, ibuku hanya diam saja seakan tidak pernah melihatnya. Bahkan ibuku tidak pernah menyinggungnya.

"Bu, nanti sore pulang ya, keadaanku sudah sehat kok" ucapku menghilang rasa kecanggungan yang kami buat.

Ibuku menarik nafas berat, tentu aku tau alasan apa?

"Bi Ijah tidak perlu khawatir ya. Semua biaya administrasi sudah dilunasi oleh mama, kalau memang Bening mau pulang nanti biar saya yang bicara dengan dokter yang merawatnya"

"Ya Alloh den Riko, bibi tidak bisa berkata apa apa. Pasti biaya rumah sakit ini sangat mahal?"

Riko hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.

Padahal ibuku sudah sedih dan hampir menitikan air matanya ketika Riko ngomong kalau biaya rumah sakit ini telah lunas.

"Semua gratis bi. Jadi bibi gak perlu memikirkan soal itu lagi" jelas Riko membuat ibuku kini telah tenang.

"Berarti nanti sore bisa pulang"

"Bisa bi"

"Alhamdulillah"

"Terima kasih den Riko" ucapku dengan semua kebaikan yang dilakukannya terutama keluarga Sanjaya.

"Ah biasa" balasnya cuek bahkan sambil menaikan alisnya.

"Oiya den Riko, ada hal penting yang ingin ku sampaikan pada papamu. Ini mengenai soal pak Dwi,,,?"

Terlihat muka Riko memucat setelah itu berubah garang...

"Jangan sebut sebut nama itu lagi didepanku!" geramnya dengan tatapan mata tajam kearahku sambil kedua tangannya terkepal.

"Nak, apa yang kamu katakan sehingga den Riko marah?" kata ibuku khawatir terlebih tubuh Riko bergetar hebat, penuh emosi.
_____________

Siangnya, akhirnya aku pulang juga ke paviliun, istirahat dikamar serta ditunggui oleh ibu yang masih telaten menemaniku.

Riko tidak nampak batang hidungnya sejak pulang dari rumah sakit mungkin sedang istirahat karena lelah menungguiku selama beberapa hari dirumah sakit.

Aku tidak pernah menjelaskan tentang mengapa Riko begitu emosi setelah mendengar nama pak Dwi Setiawan ku sebutkan didepannya.

Itu karena Riko sudah tau wajah dibalik topeng, orang yang telah mencabulinya.

Namun hal itu tidak pernah ku ceritakan pada ibuku, aku memilih untuk merahasiakannya saja. Karena ibuku nantinya pasti akan memarahiku karena aku bermain dengan ilmu Penjerat mimpi.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang