Bab 81. Kematian kakek

219 14 0
                                    

Bab 81. Kematian kakek.
★★★★

Rasanya, aku tak percaya jika tidak menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri yang terjadi pada kakek.

Apa yang dilakukan mas Kharisma sungguh diluar dugaanku.

Air mataku tak lagi bisa ku bendung menyaksikan sendiri mas Kharisma menyerang kakek.

"Simbahhhh,,," raungku menangis kencang.

Nenek mendekap erat tubuh kakek yang terkapar tak berdaya.

Darah segar keluar dari mulutnya dengan nafas yang terengah engah kehabisan nafas.

Mas Kharisma termangu ditempatnya melihat kearah kakek yang terbujur dalam pelukan nenek yang sedang menangisi kakek yang matanya setengah terpejam.

"Simbah kakung,,, maafkan cucumu yang tidak tau diri ini" lirihnya masih ditempatnya tidak berani beranjak dari tempatnya dengan air mata penyesalan.

"Mbah kakung yang kuat ya. Mbah kakung pasti sehat dan sembuh, ya mbah..." Nenek sampai mengguncang pelan tubuh kakek yang melemah.

"Mbah kakung sayang kan sama mbah Putri iya kan. Mbah kakung cinta mati kan sama mbah putri" imbuhnya dengan isakan tak karuan. Memeluki kakek yang makin lemah, air mata nenek makin bercucuran begitupun kakek ikut meneteskan air mata karena haru.

"Mbah Putri, maaf ya mbah kakung tidak bisa menemani mbah putri lagi. Jaga diri baik baik ya. Mbah kakung sayang dan cinta mbah Putri sampai kapanpun,,," pesan kakek mengusap lembut pipi keriput nenek yang masing menangis pilu.

"Mbah kakung, jangan tinggalkan aku sendirian, mbah. Ya Alloh,,," Raung nenek makin jadi setelah mendengar pesan kakek.

Perasaanku campur aduk antara sedih juga marah jadi satu melihat kakek menatap kearah mas Kharisma.

Air mataku tidak bisa ku bendung lagi bercucuran sangat deras  dipipiku.

"Kau lihat mas, apa yang telah mas lakukan telah membuat simbah putri menderita. Tak ku sangka kau begitu tega hanya demi untuk mendapatkan gelang ini. Aku tidak butuh gelang ini kalau hanya untuk mengorbankan yang lain" geramku masih menangis.

"Ak, aku- ,,, adik, maafkan aku. Aku hilang kendali...."

"Kau kira dengan maaf bisa mengembalikan keadaan. Mas sadar tidak apa yang telah mas lakukan itu salah dan menyakiti simbah putri" seruku lantang.

Suasana masih tampak kacau terlebih keadaan disini suasana selalu berubah ubah seperti suasana hati.

"Simbah kakung,,,?" Isak nenek memeluk makin erat tubuh kakek yang mukanya makin pucat, nafas juga tidak stabil.

Aku yang melihat air mataku makin tak terkendali....

Kakek memegang pipi nenek yang makin meraung menangis.

Aku mematung ditempatku menyaksikan kakekku dalam maut.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan semua ini. Aku harus melakukan sesuatu?" Gumamku lirih, aku tidak apakah mas Kharisma mendengarnya atau tidak aku tidak peduli.

Tangan ku angkat tinggi...

Suara gerincing gelang yang ku kenakan juga aroma bunga kenanga makin santar tercium.

Krincing, krincing, krincing,,,,

Tiba tiba ditanganku muncul sinar keemasan berpendar dan dengan cepat mengarah kearah kakek yang secara perlahan tubuhnya akan sirna.

Sinar kuning keemasan berpendar itupun kini menyelimuti seluruh tubuh kakek yang kini diam bagai mayat hidup.

Tubuh kakek melayang layang berputar lalu perlahan naik keatas secara perlahan pula....

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang