Bab 34. PERKASA

1K 54 4
                                    

Bab 34. Perkasa!
★★★★

Benar saja dugaanku!

Sepanjang sore akan menjelang magrib kami masih dilantai beralaskan beludru empuk menghabiskan waktu untuk bercinta.

Bahkan mas Surya sampai crot tiga ronde barulah merasa lelah dan lemas, terlihat gurat bahagia diwajah gantengnya.

Ada rasa bersalah dihatiku karena aku hanya melakukan oral sex tidak lebih, bahkan anal sex sekalipun aku belum pernah melakukannya sama siapapun.

Ingin aku melakukan itu demi mas Surya yang selama ini banyak berkorban perasaan untukku. Tapi aku takut untuk melakukannya, dan juga aku tidak ada pengalaman untuk itu. Membuat mas Surya puas saja aku sudah merasa puas, tapi aku juga merasa kasihan sama mas Surya. Lalu apa yang harus ku lakukan. Mungkinkah, nantinya mas Surya akan meninggalkanku, mencari yang baru? Bisa saja mas Surya melakukan hal itu? Tapi, selama ini mas Surya tidak melakukannya bahkan sangat teguh pendiriannya dan tetap bertahan demi aku. Padahal aku sendiri tidak ada rasa sama sekali dengan mas Surya malah aku terpaku pada Riko yang belum tentu ada rasa sama aku.

Untuk itulah, terkadang membuatku bersedih, karena pengorbananku itu belum seberapa, tapi mas Surya tetap kekeh pada pendiriannya.

Saat mandi tetap aku tak bosan bosannya memegang kontolnya yang semi tegang, memang kontolnya gede luar biasa serta panjang.

"Apa mas gak akan menikah untuk selamanya?" tanyaku diantara guyuran shower air hangat dikamar mandi bersama mas Surya yang sama sama telanjang. Tanpa rasa malu atau pun canggung. Padahal selama ini aku tidak pernah melakukan hal ini sama siapapun, kecuali sama mas Surya bahkan aku merasa bahagia.

"Entahlah dek? Memangnya kenapa kamu tanya itu?" tanyanya balik membuatku kikuk sendiri.

"Mas sudah dewasa dan mapan. Banyak kok yang mau jika mas ada kemauan buat nikah. Misalnya nih, bu Laras, sepertinya ada rasa sama mas" terangku. Ku lihat reaksi mas Surya agak kecewa dengan pernyataanku. Bahkan ada desahan berat ku dengar, mungkin trauma masa lalu begitu membekas sehingga membuat mas Surya enggan buat nikah lagi.

"Aku belum tertarik. Entah suatu saat nanti"

"Mas marah soal itu?"

"Gak, hanya saja aku malas membahas hal itu. Aku hanya ingin menikmati hidup ini. Itu saja"

"Maaf mas. Aku telah menyinggung perasaan mas"

"Gak apa apa. Kamu pasti juga memikirkan keadaanku. Terima kasih dek. Aku juga memikirkan hal itu. Tapi, trauma itu begitu membekas hingga membuatku terpuruk" wajah mas Surya tertunduk. Banyak air mata kesedihan hari tumpah, begitupun rasa kebahagiaan juga mengalir begitu deras.

"Mas, Alloh tidak akan memberi cobaan pada umatnya melebihi kapasitas. Alloh punya maksud dan tujuan. Semua pasti ada hikmahnya"

"Amin! Terima kasih. Sudah mandinya,,,"

Kita keluar sama sama hanya berbalut handuk. Kami seakan lupa dengan suasana maupun keadaan. Ketika berdua, semua terasa ringan tak ada beban.

Selesai berjamaah, kita makan malam bersama...

"Kamu nginap disini kan dek?" tanya mas Surya hanya ku beri anggukan saja sambil menikmati makanan yang tersuguh.

"Tapi, aku belum ijin sama ibu ataupun ayahku mas, bagaimana?" ulasku karena saat ini aku dilema dibuatnya.

"Nanti aku yang meminta ijin. Nomornya tetep kan" ku anggukan kepala menatapnya sejenak.

Seusai makan malam, setelah bebersih sama sama ke ruang tengah, melihat acara tv sambil lesehan dibawah, santai.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang