bab 83. BERDUKA

320 18 0
                                    

Bab 83. BERDUKA...
★★★★

Tentu saja, sekembalinya aku dan nenek dari alam mimpi membawa terdalam bagi kami terutama nenek yang masih saja menangis.

Kini nenek menangisi jasad kakek yang terbujur tanpa nyawa dikamar dengan wajah tenang.

Aku tahu kalau kakek masih bisa diselamatkan tapi tidak bisa kembali lagi ke dunia nyata.

Namun aku punya solusinya tapi tidak untuk saat ini.

Terlebih waktuku juga tidak banyak disini dan aku juga harus memberitahu kepada orang tuaku mengenai keadaan kakek yang kini sudah tidak ada.

Tentangga sekitar tidak ada yang tahu perihal kakek yang sudah tidak ada. Bukanya aku tidak mau mengatakan kakek sudah meninggal tapi pada kenyataan kakek itu masih ada dan kini berada...?

"Mbah Putri, sudahlah. Simbah gak perlu sesedih ini. Mbah kakung tidak apa apa mbah" aku mencoba menghibur nenekku yang sampai saat ini masih menangis.

Kini tatapannya tertuju padaku. Matanya bekas berair karena selalu menangis tiada henti. Ada tanda tanya disana. Mungkin nenek belum mengetahuinya.

"Cah bagus, apa yang kamu katakan?" tanya nenekku bingung. Tentu saja nenek belum mengerti.

"Coba simbah putri pegang simbah kakung?" Pintaku agar nenek memeriksa keadaan kakek yang terdiam.

Seketika wajah nenek tampak senang, itu hanya sesaat...

"Syukurlah. Apa simbah kakung bisa kembali lagi?"

Aku tidak tahu pernyataan itu ditujukan pada siapa? Aku sendiri agak bingung, terlebih untuk menjawabnya.

"Empat puluh hari kita kunjungi simbah kakung, mbah?"

"Baiklah" nenek terlihat pasrah. Kini nenek sudah mengerti keadaan kakek. Air matanya sudah berkurang walaupun kesedihan masih terlihat tapi setidaknya nenek tidak berlarut-larut dalam kesedihan.

Nenek sendirian di dunia ini sekarang. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang. Aku sendiri juga merasa sedih telah kehilangan kakekku yang sayang padaku.

Tiba-tiba tubuh kakek berpendar, nenek menjerit histeris.

"Simbah kakungggg,,,, hiks, hiks, hiks,,,, sim-bah,,,!"

Tak bisa ku cegah keadaan seperti ini, kakek telah pergi ke dunia mimpi.

Air mataku tak bisa ku cegah untuk tidak mengalir deras karena yang ku rasakan saat ini duka.

Ku peluk nenekku yang terus menangis, sedangkan aku juga ikut menangis.

"Sudah mbah Putri, sudah. Ikhlaskan, semua sudah kehendak Alloh" ucapku lirih, nenek juga memelukku.

"Tapi- cah bagus,,, kakek pergi begitu cepat, hiks hiks, hiks,,," isaknya pilu.

"Aku tau mbah" pungkasku, karena aku tidak bisa menyalahkan siapa siapa.

Mas Kharisma sendiri telah ku beri pelajaran yang setimpal dengan perbuatannya.

Ah, aku teringat dengan seseorang yang pernah disebut sebut oleh nenek sebagai SARINAH MUKTI, aku tidak tahu siapa sebenarnya orang itu, namun nenek seperti sangat mengenalnya padahal hanya suaranya saja tapi nenek bisa menyebut namanya.

Tapi, rasanya untuk saat ini hal itu belum aku tanyakan karena nenek sedang berduka.
____________

Nenek tidak melakukan apa apa hingga sore, aku-lah yang mengerjakan semua tugas hari ini.

Besok hari Minggu dan aku akan kembali ke Jakarta karena Riko meminta sekaligus mengancam ku kalau aku tidak kembali besok maka seluruh keluargaku yang bekerja dirumahnya akan dipecat pada hari Seninnya.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang