Bab 59. Sogokan

425 34 0
                                    

Bab 59. Sogokan
★★★★

Riko terlihat kikuk terlebih melihat aku dan mas kharisma seperti couple. Dia memandang sinis kearah mas Kharisma, tapi tidak kearahku, senyumnya sedikit dipaksa.

"Nak Riko silahkan ngomong sama Bening kalau penting" titah simbah kakung tegas. Tatapan tajam, namun bagiku tatapannya meneduhkan, kalau tidak ada orang lain tentu aku akan bermanja. Namun aku jaga imeg didepan mereka.

Suara simbah kakung selalu tegas, tak ada yang bisa membatah beliau dan sangat disegani. Aku lah cucu nya yang berani bermanja serta bisa meluk sampai aku tertidur.

"Nanti saja kek, kan masih banyak waktu" balasnya beralasan ingin mengulur waktu. Tumben suara lunak biasanya langsung nge-gas, atau jika tidak akan langsung marah, menyindirku. Heran, sikapnya bisa lembut disini.

Mas Kharisma melihatnya sinis seperti ingin membunuhnya, begitu pun pandangan Riko sama halnya dengan mas Kharisma, hingga membuatku heran sendiri, ada apa dengan sikap mereka. Kenal saja belum lama bisa dikata baru juga kenal, ini mereka sudah bersitegang. Dasar cowok cowok aneh!?

"Gak usah dipendam, ngomong saja, buat apa dirahasiakan" ucap mas Kharisma jutek dengan tatapan sinis.

"Males, lagian apa urusanmu. Aku gak ada urusan sama kamu. Penting buat kamu" balasnya lebih songong. Masih juga berseteru gak ada ujung pangkalnya.

"Kamu kira ini rumahmu, seenaknya kamu berbuat. Jika kau ku laporkan pak RW tau rasa" gertak mas kharisma emosi. Riko mah pasti anteng wae di ancam oleh mas Kharisma.

"Kamu kira aku takut!" tantangnya tidak main main padahal mas Kharisma ada benarnya.

Sebelum semuanya ruyam maka lebih baik aku ingin tau kemauan Riko...

"Riko, tujuanmu kesini untuk apa? Aku sudah tidak ada urusan lagi sama kamu, buat apa kamu jauh jauh datang kesini?" kataku lembut tak ada emosi walaupun agak dongkol dengan sikapnya.

"Denger tuh, gak usah disembunyikan. Dasar banci!" ledek mas Kharisma masih dengan juteknya. Suaranya seperti ditekan karena menghadapi orang seperti Riko bawaannya pasti tegang dan emosi.

"Woy, sabar bro gak usah ngegas. Aku datang kesini juga baik baik, kenapa kau seperti kebakaran jenggot. Iya kan kakek Aji" Riko seperti mencari pembelaan pada kakek.

Aku pun datang kearah kakek lalu memeluknya manja...
Tentu dengan raut wajah sedih supaya kakekku terharu padaku.

"Cah bagus kenapa kamu malah nangis?"

Nah, ku bilang juga apa? Kalau kakekku pasti perhatian kearahku sedang yang lainnya diabaikan.

Bahkan dengan manja ku elus dadanya yang baju hitam komprangnya tidak dikancing, tentu saja kakekku seperti bereaksi sesaat lalu tersenyum ramah.

"Kek, ak, aku,,," mataku setengah terpejam, buliran air mataku tentu saja menetes. Diusap lembut oleh simbahku.

"Gak usah takut cah bagus katakan saja,,,?" Bahkan sikap simbahku sangat lunak dan lembut padaku berapa beliau sangat sayang dan perhatian padaku.

"Huh, manja banget" gumam Riko merasa gak enak. Entah apa sebabnya dia seperti itu, dasar manusia aneh?

"Jaga mulutmu!" bentak mas Kharisma tak terima, tentu saja dia tau kalau Riko sedang meledekku. Aku mah bodoh amat selama simbah sayang yang lainnya mana ku pedulikan termasuk mas Kharisma sendiri yang terlihat iri ketika aku bermanja dengan simbah.

"Nak Riko, bicara saja. Apa yang tadi mau nak Riko sampaikan"

"Wah, terima kasih lho nak Riko, ini belanjaannya banyak gini" tiba tiba simbah putri datang dengan banyak bawa belanjaan. Bahkan mata simbah kakung nampak berbinar. Oh, kini aku tau kalau manusia kadal ini sudah menyogok simbah berdua.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang