Bab 17 .NEKAD

872 61 9
                                    

Chapter 17. NEKAD.
★★★★

#Pov Riko...
_________

Tak ada hal lain yang dapat gue lakukan selain hilir mudik di ruangan temaram ini.

Tak ada yang bisa gue lakukan selain mengitari dinding kusam yang gue perkirakan ukurannya dua belas meteran serta ada kursi untuk gue duduk juga ketika gue diikat oleh Bening.

Entah berapa kali gue berputar putar bagai orang gila, mencari jalan keluar tapi semuanya buntu.

Berteriak pun percuma karena suara gue menggema kemudian memantul hal itu membuat gue merinding sendiri.

Kini gue hanya duduk dikursi satu satunya yang ada di ruangan ini, berdiam diri.

Entah mengapa kini pikiran gue selalu tertuju pada Bening?

Bahkan saat gue menciumnya begitu membekas.

Perasaan gue juga semakin menjadi aneh padanya, bahkan Raya pacar gue sudah tak gue pikirkan lagi karena gue kepikiran terus dengan Bening juga bagaimana caranya gue keluar dari tempat aneh ini.

Bibir Bening terasa begitu manis, sangat membekas sekali, hingga membuat dada gue berdebar bahkan jantung gue berpacu.

Terkadang gue mengusap bibir gue karena disana bekas bibir Bening ketika gue pagut dalam dalam. Gue bagai orang gila memikirkan hal itu, padahal saat gue bercinta dengan Raya gue gak pernah merasakan hal seperti ini. Memikir orang tersebut. Padahal sama Raya gue bahkan tidak pernah merasakan perasaan seperti yang gue alami saat bersama Bening.
Ini berbeda sekali dengan Bening.
Gerangan apa yang terjadi sama gue?
Apa yang gue alami ini?

Atau ....

Jangan jangan...

Gue....

Tidak!

Gue tepis pikiran yang membuat gue seperti orang gila.

Mungkinkah Bening kepikiran gue?

Apa yang gue pikirkan?

Entahlah?

Gue berharap Bening tidak lupa.

Waktu itu Bening sangat marah dan langsung pergi begitu saja sambil menghentakkan kakinya.

Sosoknya tiba tiba menghilang entah kemana?

Ini alam yang aneh?

Keadaan gue bertelanjang dada. Gue disini tidak pernah boker atau pipis, he he he...
Ngantuk juga tidak, karena gue berada di dunia mimpi.

Gue terjerat di alam mimpi membuat gue tidak bisa keluar dari tempat ini.

Saat gue melamun karena pikiran gue kemana mana serta gue berjalan berkeliling, gue tidak menyadari jika ada sosok yang berdiri tak jauh dari gue.

"Bening" ucap gue bersorak girang. Entah mengapa perasaan gue menghangat serta senyum gue mengembang. Gue merasakan kebahagiaan dalam hati gue melihatnya.

Bening terlihat biasa bahkan diam saja bagai patung seperti membeku ditempatnya.

Ucapan gue tidak diresponnya, menatapnya dengan rasa kangen.

Gue pun mendekatinya karena Bening hanya diam saja.

Entah mengapa gue merasa rindu sekali padanya.

Tanpa ragu gue memeluknya karena gue sangat merinduinya.

Tak ada perlawanan dari Bening saat gue memeluknya melepaskan rasa kerinduan gue padanya hingga perasaan gue tenang baru kemudian perlahan gue melepaskannya. Gue mundur sedikit.

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang