Bab 58. Dilema

460 40 1
                                    

Bab 58. Dilema
★★★★

Saat aku tertawa senang karena sedari aku pulang mencari rumput mas Kharisma selalu bikin aku tertawa hingga sampai di rumah bahkan tanpa aku sadari selalu memeluknya sesekali ku elus perutnya yang rata bahkan terkadang masuk kedalam celana kolor panjangnya, hingga membuat kontol tegang disepanjang perjalanan pulang.

Betapa terkejutnya ketika aku telah sampai didepan rumah berdiri seseorang yang kelihatan baru saja datang, setelah mendengar suara deru motor yang memang berisik dia menoleh disaat kakek menyuruhnya untuk masuk.

"Riko,,,?" gumamku lirih, tak percaya jika Riko jauh jauh datang kesini.

Kulihat masuk karena disuruh oleh kakekku....

"Siapa itu dek, seperti sedang mencarimu?" tanya mas Kharisma motornya belum juga dimatikan.

Mas kharisma hanya cuek saja terus membawaku serta rumput yang didapat ke belakang kearah kadang sapi.

Aku masih diam, bahkan pertanyaannya tidak ku jawab. Bahkan kini aku duduk didekat rumput yang baru diturunkan oleh mas Kharisma tanpa ku bantu, aku tau sangat berat.

"Ada apa dek, dari tadi kamu terlihat sedih? Apa karena cowok ganteng yang baru datang itu?" celotehnya tanpa ku hiraukan. Pikiranku terus mengenang masa masa dimana aku disekolah Jakarta dulu. Tak terasa air mataku luruh, menganak sungai.

Mas Kharisma yang kegerahan mengipasi tubuhnya yang bajunya kini tidak terkancing semuanya. Menatapku haru lalu mendekat kemudian memelukku tatkala melihatku menangis.

"Dek, kenapa kamu sesedih ini ketika dia baru kesini? Sebenarnya apa yang terjadi padamu hingga kamu sampai menangis?" Pelukannya dilepaskannya. Padahal aku masih betah dipeluknya. Aroma keringatnya seakan menjadi penyembuh yang paling tokcer karena aroma keringat itu sungguh nikmat seperti parfum alami.

Andai bukan di luar sudah tentu akan ku jilati dadanya, leher ku lap dengan lidah ku.

"Terima kasih mas" setelah aku agak tenang, di usirnya air mataku perhatian.

Aku tidak tau jika laki laki yang membuatku tenang, suatu saat akan menjadi laki laki yang sadis karena suatu hal?

Ku hela nafas lirih, tersenyum dipaksa...

"Tenang dek, biar mamas yang akan menghadapinya, kamu gak usah takut" dia pasang dada untuk membelaku. Dia tidak tau masalah yang ku hadapi tidak sesimpel itu, bahkan sangat rumit. Ini berhubungan dengan kinerja orang tuaku dirumahnya di Jakarta.

Andai persoalannya tidak serumit ini, mungkin aku akan tenang dan bisa menghadapi. Tidak akan menangis seperti ini. Tapi ini mengenai pekerjaan keluargaku di keluarga besar Sanjaya.

Apa mungkin mas kharisma bisa ngomong seperti itu jika aku cerita mengenai keluargaku yang bekerja dirumahnya dan aku mendapat ancaman, pasti tidak akan ada jalan keluarnya.

"Yakin mas bisa bantu aku?" selidikku kurang yakin tapi kesungguhannya membuat keraguan ku berkurang.

Tentu aku dilema diantara keduanya terlebih Riko sudah didalam ngobrol sama Simbah sedang aku disini di dekat sapi lagi ngobrol dengan mas Kharisma yang bikin ser ser-an jika didekatnya terus.

"Kenapa tidak. Setiap persoalan pasti ada jalan keluarnya, begitupun masalahmu. Sepertinya kamu sangat mengenalnya juga sangat membencinya, itu yang ku perhatikan saat kamu menatapnya" balasnya seakan kalau yang ku hadapi itu baginya ringan.

Baiklah kalau mas Kharisma ingin menyelesaikannya...

"Dengar mas, entah nanti tanggapannya apa, terserah yang penting dengarkan dulu apa yang ku sampaikan"

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang