-[Y/N] [L/N] umur 4 tahun-
Reader POV
Malamnya,
"Oishi!" Aku menghabiskan makanan di piringku dengan lahap. Masakan Karui-san memang yang terbaik!
"Benarkah? Kalau begitu, makanlah yang banyak." Ucap Karui-san menyendokkan nasinya. Aku menggeleng. "Tapi sayangnya perutku sudah penuh," Aku tertawa kikuk. Karui-san mengangguk mengerti.
Aku menyingkirkan piring makanku yang kosong, menenguk habis air di gelasku. Manik mataku menatap Karui-san yang masih menyantap makanannya. Jujur aku ingin bertanya, tapi aku takut menganggu.
Sampai Karui-san mengangkat kepalanya dan berkata, "Kau ingin bertanya sesuatu?" Aku mengangguk kaku. Padahal kami baru saja mulai berbicara beberapa jam yang lalu tapi Karui-san sudah berkali-kali berhasil menebak apa yang ingin kulakukan.
"Sebenarnya aku ada beberapa pertanyaan, apa tidak apa-apa?" Karui-san menghabiskan makanannya, lalu meminggirkan beberapa piring kosong ke tempat lain. "Selama kau sudah siap untuk mendengarkan, aku tidak akan keberatan."
Aku mengangguk paham. "Etto, bagaimana Karui-san melakukannya?" Dia mengernyit tak mengerti. "Melakukan apa?" Aku menggaruk belakang leherku, bingung. "Itu.. bagaimana Karui-san selalu tau kalau aku ingin bertanya sesuatu?"
"Semuanya terbaca dari mimik wajahmu kok." Jawabnya singkat, menyesap minumannya. Aku mengangguk singkat. Segitu kelihatan ya? Maa, di kehidupanku yang sebelumnya juga teman-temanku sering bilang begitu.
Mimik wajahku itu kalau ingin bertanya, sangat kelihatan. Apalagi jika dilihat langsung dari mataku. Selain bertanya, mereka akan sulit untuk menebakku. Begitulah katanya.
"Uhm, Karui-san," panggilku. "Kenapa Karui-san mau merawatku?" Karui-san memiringkan kepalanya, terlihat memilih kata-kata yang tepat dan mudah agar aku bisa memahami maksudnya. "Kan sudah kukatakan tadi,"
Aku menatapnya dalam diam. "Saat aku melihatmu, kau mengingatkanku pada anak gadisku, dan itu membuatku ingin merawatmu. Seakan-akan Kami-sama memberikanku kesempatan kedua untuk membesarkan seorang anak."
"Kalian itu sangat mirip jika dilihat dari segi fisik, namun yang membedakan hanya pada warna bola mata kalian. Anakku memiliki warna yang sama denganku, biru. Sementara kau hazel. Kau itu bagaikan reinkarnasi dari anakku, yang datang untuk mengisi sisa-sisa hidupku dengan penuh kebahagiaan karena membesarkanmu sebelum ajal menjemputku."
Aku mengedip-ngedipkan mataku. "Reinkarnasi? Nani sore?" Tanyaku memiringkan kepalaku tidak mengerti.
Di kehidupanku yang sebelumnya aku juga pernah mendengar kata reinkarnasi. Tapi aku tidak mengerti apa maksudnya. Mungkin seharusnya saat itu aku mencari tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Duty [Hunter×Hunter x Reader]
Fanfiction[UPDATE SETIAP JUMAT] Ketika aku terbangun, aku menyadari bahwa aku berada di sebuah bangunan tua kecil di dunia atau bisa dikatakan dimensi yang berbeda. Aku tidak tau apa dan kenapa aku bisa berada di sini, tapi aku tau satu hal yang pasti, aku ak...