[Chp.13] Second Phase (2)

2.1K 292 33
                                        

Author POV

Setelah pertikaian yang terjadi antara Menchi dan peserta ujian, ketua komite Netero datang dan mengklaim bahwa akan dilakukan ulang pengujian di ujian hunter tahap kedua.

Namun kali ini, Menchi juga harus ikut serta ke dalam ujian tersebut, agar para peserta dapat menerima apapun hasil akhir ujian nanti.

Mereka pun dibawa ke gunung Mafuta, sesuai dengan permintaan Menchi menggunakan balon udara milik ketua Netero.

Ketua Netero dengan senang hati mengangkut semua peserta beserta dengan Menchi dan Buhara ke dalam balon udaranya, membawa mereka ke gunung Mafuta.

Sesampainya mereka disana, mereka diturunkan di dekat jurang yang berada di tengah-tengah gunung Mafuta. Semua peserta, termasuk Menchi menatap ke arah bawah jurang.

"Sekarang semuanya, lihatlah ke bawah sana." Ujar Menchi memberi arahan.

Di bawah jurang tersebut, terdapat kabut yang tidak terlalu tebal, yang memperlihatkan semua jaring putih mirip seperti benang namun tebal, tersebar di tengah-tengah jurang. Melengket dari ujung ke ujung.

"A-apa itu?"

"Itu jaring burung Kumowashi." Jawab Menchi menatap ke arah bawah. "Mereka membuat sarang di bawah sana?" Tanya Gon.

Sebuah angin kencang tiba-tiba bertiup dari arah bawah jurang tersebut. Memberikan angin sejuk kepada orang-orang yang berada di dekatnya.

Todo yang takut dengan ketinggian, sontak langsung melompat mundur. Di wajahnya, terpampang raut ketakutan. Tak berani melompat turun bahkan hanya untuk melihat lebih jauh lagi.

"Lihatlah di bawah jaring itu." Perintah Menchi. Semua peserta memperhatikan dengan teliti apa yang ada dibawah jaring putih tipis tersebut. "Itu semua adalah telur burung Kumowashi." Ucap Menchi.

"Kumowashi membangun sarang jauh di dalam jurang, untuk melindungi telur mereka dari pemangsa." Tambah ketua Netero. "Menjadikan telur ini, satu dari bahan makanan yang paling sulit di cari. Telur ini juga dikenal dengan nama telur impian." Ucap ketua Netero berjalan sedikit mendekat ke arah jurang.

Todo yang mendengarnya terkejut, dan tiba-tiba terpikirkan suatu ide gila yang juga Menchi pikirkan. Dan hal tersebut sangat bertentangan dengan dirinya yang takut dengan ketinggian. "T-tunggu dulu, jangan bilang kalau..."

"Tentu saja aku akan melakukannya." Menchi berjalan ke tepi jurang, kemudian melompat ke bawah jurang. Tubuhnya dengan mudahnya melewati jaring-jaring putih tipis tersebut.

Tangannya meraih satu jaring, bergelantungan pada benda tebal lengket itu. Semua peserta dikejutkan dengan aksi nekat Menchi yang ingin turun ke bawah jurang demi mengambil sebuah telur. Mereka semua memerhatikan Menchi yang masih bergelantungan di sana, seakan-akan sedang memilih telur mana yang akan diambil.

Menchi memerhatikan telur mana yang sebaiknya ia ambil nantinya, sembari menunggu sinyal dari angin. "Meskipun dia bisa mengambil telurnya, bagaimana caranya dia naik kembali ke atas sini?" Tanya Leorio memerhatikan Menchi sembari memeluk tasnya erat.

Beberapa detik menunggu, Menchi merasakan ujung rambutnya sedikit tertiup angin, lantas langsung melompat turun. Melepaskan pegangannya dari jaring putih tersebut. Membiarkan tubuhnya jatuh lebih dalam ke jurang.

Tangannya berhasil mengambil satu telur yang ia sudah tandai sejak menunggu tadi. Membiarkan tubuhnya jatuh dan tertutupi kabut. Berharap pada tekanan angin besar yang akan membawanya kembali ke permukaan.

"Oi, dia melompat! Itu sama saja dengan bunuh diri 'kan?!" Terang Leorio yang mulai panik karena Menchi tak kunjung kembali ke permukaan.

"Bukan, kau salah." Ucap Kurapika membantah pernyataan Leorio. Leorio melirik Kurapika dengan tatapan bingung dan tidak mengerti. Salah dimananya? Begitu pikirnya.

My Duty [Hunter×Hunter x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang