[SPECIAL CHAPTER] Oneshot (2)

790 68 23
                                    

"Sleepy Girl"

><

Tangan berkulit putih pucat itu menepuk pelan pipi seorang gadis yang masih tertidur. "Hei, bangun, ini sudah pagi," panggilnya lembut. Namun, tidak ada respon apa pun dari gadis yang masih setia menempel pada kasur itu. Menghela napas, ia kembali menepuk pelan pipinya gadis itu. Memanggil nama sang gadis dengan lembut berharap dapat membangunkan makhluk indah itu.

"Ya ampun, kenapa dia belum bangun juga," gumamnya pada diri sendiri.

Jemari tangannya meraih helaian rambut depan sang gadis yang menutupi wajahnya. Meminggirkannya agar ia dapat melihat wajah cantik nan indah sang gadis yang masih terlelap dengan nyaman, tanpa ada tanda-tanda akan segera bangun. 'Cantiknya...'

"[Y/N]," panggilnya seraya menepuk pelan pipi gadis itu lagi.

"Hmm..." leguhan manis sang gadis terdengar di telinganya. Menandakan bahwa usahanya membangunkan sang gadis tidaklah sia-sia.

"Ayo bangun," katanya duduk di samping gadis itu.

"Ya..." jawab gadis itu pelan nyaris seperti bisikan. Meski sudah menjawab, matanya masih saja terpenjam.

"Semalam kamu tidur jam berapa?" tanyanya mengusap pelan puncak kepala gadis manisnya itu. Selain nengusap, ia juga mengecup singkat kening favoritnya itu. Kening yang selalu menerima semua kecupan manis dari bibirnya.

"Entahlah... mungkin sekitar jam 2..." jawab gadis itu pelan mengusap-ngusap matanya.

"Apa yang kamu lakukan sampai semalam itu?" Gadis itu membuka matanya. Menampakkan manik hazel-nya yang indah yang bersembunyi dibalik kelopak matanya. "Aku tidak ingat. Mungkin semalam aku membaca novel," kata gadis itu menutupi mulutnya yang sedang menguap.

Pemuda itu menarik kembali tangannya, usai mengusap puncak kepala sang gadis. "Jangan tidur terlalu malam. Itu tidak baik untuk kesehatanmu." Gadis itu mengangguk pelan. Memposisikan dirinya duduk di atas kasur sembari mengumpulkan tenaganya.

"Mandilah, aku yang akan membuat sarapan." Sekali lagi gadis itu mengangguk. Tidak memberi respon lewat suaranya. Pemuda itu kemudian mendekatkan wajahnya dan mengecup pelan dahi gadis itu. "Jangan tidur lagi," peringatnya sebelum meninggalkan kamar tidur sang gadis. Yang diperingati pun lagi-lagi hanya membalas dengan anggukan.

Ceklek

Pintu tertutup. Menyisakan sang gadis yang masih setengah terbangun setengah tertidur, terduduk di atas kasur dengan kepala yang tertunduk. Tangannya meraih alarm yang berada di sebelah kasurnya. Memerhatikan jam sebelum kemudian kembali tidur. "Sebentar saja..." ucapnya pelan memejamkan matanya.

Selesai menyiapkan sarapan, pemuda itu kembali menaiki tangga. Menuju kamar gadisnya untuk memastikan gadis itu tidak lagi terlelap di atas kasurnya yang empuk, hangat, serta nyaman.

Baru saja tangannya meraih gagang pintu, telinganya dapat mendengar suara dengkuran halus seseorang dari balik pintu itu. Bunyi dengkuran itu tak lain pasti dari gadisnya. Sebuah senyuman tipis terbentuk di wajahnya. "Ya ampun..."

Ceklek

Tangannya memutar kenop pintu, mendorong benda tinggi berbentuk persegi panjang itu ke dalam lalu menutupnya setelah ia berada di dalam. Sesuai ekspetasi, bola matanya menemukan sosok sang gadis yang kembali terbaring di atas kasur dengan mata yang terpenjam dan lengannya yang menopang kepalanya.

Kakinya melangkah maju, mendekat ke tempat tidur sang gadis. Duduk di ujung tempat tidur sembari dirinya mengusap pelan kepala sang gadis. Tubuh gadis itu menggeliat pelan, merasakan ada sesuatu yang menyentuh kepalanya.

Perlahan tubuhnya memutar ke samping, membuka matanya pelan. Menatap sayu ke arah pemuda yang kini juga tengah menatapnya. "Ohayou, hime-sama," sapanya tersenyum tipis kepada gadisnya. "Apa tidurmu nyenyak?" Gadis itu mengangguk perlahan, menggosok-gosok matanya lalu memfokuskan penglihatannya.

Pemuda itu menahan gemas. Gadis ini bertingkah seperti orang yang belum bangun sama sekali. Ingin sekali ia memeluknya, namun harus ditahan.

"Jam berapa sekarang?" tanya sang gadis mencari keberadaan jam di dinding kamarnya. "Jam 10," jawab pemuda itu.

Mata gadis itu mengerjap pelan. "Kau tidak membangunkanku?" Pemuda itu tertawa pelan. Menyentil kening sang gadis. "Hei, untuk apa itu?" protes sang gadis melindungi keningnya. "Aku sudah membangunkanmu tadi. Lalu tebak, siapa yang malah tidur lagi, hmm?" tanya pemuda itu mendekatkan wajahnya seraya menyeringai kecil.

Tubuh gadis itu membeku. Segera memalingkan wajahnya ke samping. Bibirnya mengerucut kecil. Sadar bahwa ini memang salahnya. "Aku...?"

"Kenapa jawabnya seperti itu? Sudah mengaku salah, ya?" Dengan malu-malu gadis itu mengangguk pelan. Memutar tubuhnya lalu membelakangi pemuda berstatus pacarnya itu.

Pemuda itu kemudian meletakkan dagunya di bahu sang gadis. Memberikan sensasi geli akibat deru napasnya yang menggelitik kulit leher sang gadis. "H-hei, hentikan. Geli!" ujar sang gadis kembali melayangkan protesnya. Ketika tangannya berniat untuk menarik pacarnya menjauh, dengan gesit pemuda itu menahan tangan sang gadis lalu melingkarkan tangannya di pinggang sang gadis.

Menahan pergerakan gadisnya agar ia bisa memeluknya lebih lama lagi. "Sebentar saja..." gumamnya memejamkan matanya. Sang gadis pun hanya bisa pasrah. Menghela napasnya singkat dan membiarkan pacarnya memeluknya.

"Kamu tahu, kamu sangat harum meskipun belum mandi," gumam pemuda itu menghirup aroma tubuh sang gadis melalui ceruk lehernya. Aroma harum yang memabukkan, yang dapat menimbulkan kecanduan parah. "Seperti aroma bayi," sambungnya.

"Well, kamu itu bayiku. Punyaku. Tidak ada yang boleh begini padamu, selain aku," tambahnya lagi.

Senyuman tipis terbentuk di bibir sang gadis. Pacarnya ini meski tampan, pandai, dan hebat dalam segalanya, ia sangat manja ketika hanya berdua saja dengannya. Dan juga terkadang dia menjadi posesif--tentu saja posesif dalam hal positif.

"Iya, iya, kamu juga milikku. Hanya milikku saja," kata sang gadis mengelus pelan telapak tangan pemuda yang memegang tangannya erat.

"[Y/N]," panggilnya.

"Hm?" balas sang gadis berdeham pelan. "Ada apa, Killua?" tanya sang gadis sedikit menolehkan kepalanya.

"Ayo sarapan," katanya bergumam dibalik ceruk leher sang gadis.

"Lepaskan dulu pelukanmu. Aku tidak bisa bergerak," ucapnya lembut membujuk pacarnya.

"Tidak mau..." tolak Killua semakin mempererat pelukannya.

[Y/N] memutar bola matanya malas. Beginilah yang terjadi kalau Killua-nya itu sudah nyaman dengan posisinya. "Lalu bagaimana kita akan sarapan? Aku juga belum mandi, Killua," ucap [Y/N] kembali membujuk pemuda bersurai putih itu.

Dengan enggan, Killua melepaskan pelukannya. "Kalau begitu, mandilah cepat. Lalu kita sarapan, setelah itu aku masih ingin memelukmu lagi," ucap Killua memberikan komando.

[Y/N] tersenyum tipis. Gemas dengan tingkah laku manja pacarnya. "Iya," ucapnya lalu mengecup pelan pipi Killua.

"Jangan lama, ya! Atau aku akan memandikanmu!" sahut Killua dengan senyum jahilnya.

Semburat merah tipis merekah di pipi [Y/N]. "Enak saja! Tidak mau!" balas sang gadis, lari terbirit-birit masuk kamar mandi lalu menguncinya dari dalam.

Killua terkekeh pelan. Berbaring di tempat tidur sang gadis. "Dia imut sekali..."

END

Hayo, suka yang mana? Yang pertama atau kedua?

Kalau misal mau beri ide untuk oneshot lainnya boleh kok. Silahkan. Terus mungkin kapan kapan bakal ku up lagi deh special chapter kayak gini. Dari hasil ide kalian. Okeh, bye bye.

My Duty [Hunter×Hunter x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang