Shy

15K 1.2K 118
                                    

Wei Ying kini telah menggunakan seragam biru dengan topi berwarna kuning dikenakannya. Dia melihat dirinya di kaca dan tersenyum manis.

“A-Ying!!” Panggil Ibunya yang membuat Wei Ying keluar dari kamarnya.

“Sudah siap untuk hari pertama mu sekolah?” Tanya Cangse Sanren yang membawa tas Wei Ying.

“Sudah! Wei Ying sudah siap!” Jawabnya mantap.

“Bagus-bagus... Tapi kamu harus inget ya gak boleh marah, nangis atau terlalu seneng.”

“Kenapa?”

Ibunya menghela nafas, “Nanti telinga kelinci kamu keluar. Terus temen temen kamu malah ngatain gimana?”

“Wei Ying gak mau...” Wei Ying mengerucutkan bibirnya, tangannya meremas pakaiannya.

“Kalau begitu A-Ying harus jaga ekspresi A-Ying  ya... ” Kata Cangse Sanren mengusap topi yang dikenakan putranya.

Cangse Sanren kemudian memakaikan tas sekolah Wei Ying, dan kemudian mengajaknya, “Ayo pergi.”

Keduanya kemudian pergi ke sebuah kindergarten yang jaraknya cukup dekat dengan toko yang dikelola ibunya. Ketika mereka sampai Wei Ying masih ragu dan takut dikatai banyak orang soal telinga kelincinya. Salahkan saja nenek moyangnya yang menikahi kelinci yang  pada akhirnya mengutuk keluarga Wei kalau mereka terlalu mengeluarkan ekspresi berlebihan maka telinga dan ekor akan muncul. Ekor masih bisa disembunyikan dibalik pakaian tapi telinganya tidak mungkin.

Jadi meski sebenarnya Wei Ying sangat semangat hari ini, dia menahan ekspresi senangnya menjadi seperti biasa saja agar telinga kelincinya tidak muncul. 

Wei Ying melihat banyak anak seusianya telah memasuki kelas dan menempati bangku-bangku yang disediakan. Dengan ragu dia didorong masuk oleh Cangse Sanren yang tersenyum dan memberi rasa semangat. 

Disebelahnya ada seorang yang duduk dengan tenang dengan topi yang telah diletakan diatas mejanya. Wei Ying memperhatikan dan melihat name tag yang menempel pada pakaiannya bertuliskan ‘Lan Wangji dengan nama kecil dibawahnya Lan Zhan’. Wei Ying lalu melihat miliknya yang bertulis ‘Wei Wuxian dengan nama kecil dibawahnya Wei Ying.’

Ketika guru datang masuk ke dalam kelas dengan senyuman terpancar diwajahnya. membuat beberapa murid terlihat antusias. Wei Ying sedikit melirik kearah Lan Zhan yang nampaknya biasa saja. 

“Halo semua... Wah tidak menyangka banyak yang masuk kesini. Sebelumnya Laoshi akan memperkenalkan diri terlebih dahulu boleh tidak?” Tanyanya. 

“TIDAKK!!” Teriak seorang anak paling kencang yang membuat guru itu syok. 

“Seandainya kalau paman Rouhan tidak menitipkan mu disini... Wen Chao!!”

“Ayolah paman Xiao kamu tidak boleh seperti itu pada ku...aku ini masih anak kecil...”

“Ah mulai sekarang aku tidak akan memberimu hadiah lagi, akan aku berikan saja semua pada kakak mu.” Ucap guru itu yang membuat muridnya yang bernama Wen Chao itu diam membelalak. 

“No!! jangan berikan ke kakak ku!!!”

“Yasudah kamu diam dulu atau aku pindahkan kamu ke kelasnya Wang-Laoshi?”

Wen Chao langsung menggeleng cepat. Guru itu yang kemudian kembali fokus pada kelasnya yang beberapa anak menertawakan Wen Chao.

“Kita ulang lagi, dan maaf keponakan ku memang seperti itu.” Keluhnya menyesal menerima keponakannya di kindergarten miliknya. “Laoshi bernama Xiao Zhan, panggil saja dengan Xiao-Laoshi.”

BUNNYING「 Wangxian 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang