Pagi ini Wei Ying melihat bangku disebelahnya kosong. Itu tempat duduk Lan Zhan, sahabatnya yang kini masih belum datang.
Tapi hingga akhirnya jam masuk dan Xiao-Laoshi datang kedalam. Lan Zhan masih belum hadir. Wei Ying mulai menghawatirkan dimana Lan Zhan.
“Hari ini Lan Wangji tidak hadir, karena lagi sakit. Kita do'akan agar Lan Wangji bisa sekolah lagi.” Ajak Xiao-Laoshi pada anak muridnya.
Wei Ying terkejut diam. Lan Zhan sakit...apa dia baik baik saja?
Wei Ying lalu menundukkan kepalanya sedih, dan membuat telinga kelincinya muncul tapi turun kebawah. Untuk pertama kalinya Wei Ying duduk sendiri tanpa Lan Zhan disebelahnya. Ini menjadi sangat sepi.
Xiao Zhan melihat perubahan Wei Ying yang tiba-tiba murung merasa aneh dan berpikir kalau anak muridnya pasti sedang memikirkan Lan Wangji, teman sebangkunya yang hari ini tidak hadir. Jadi setelah Xiao Zhan memberi arahan di papan tulis, Xiao Zhan langsung menghampiri Wei Ying karena khawatir.
“Wei Ying ada apa?” Tanya Xiao Zhan.
Wei Ying menggeleng, dia tidak ingin ditanya atau berbicara dengan siapapun. Jadi Wei Ying hanya mengabaikan dan mengerjakan apa yang diminta Xiao-Laoshi.
“Kalau kamu tidak mau mengatakannya maka tidak apa.” Kata Xiao Zhan mengerti.
•••
Ketika jam pulang Wei Ying berlari memeluk paha Ibunya dengan raut wajah sedih. Telinga kelincinya turun kebawah sepenuhnya.
“Mama...” Wei Ying merengek.
Cangse Sanren langsung memangku kelinci kecilnya dalam pelukan dan menepuk-nepuk punggungnya. Wei Ying mengeratkan pelukan pada leher Ibunya dan menangis sedih.
Sambil berjalan perlahan Cangse Sanren terus mengusap punggung Wei Ying. Tidak memperdulikan banyak orang yang memperhatikan mereka.
“A-Ying...” Panggil Ibunya lembut, “Mau cerita sama Mama?”
“Lan Zhan... Sakit...” Jawabnya kecil hampir tidak terdengar.
Cangse Sanren mengangguk. Ah anaknya yang manis ternyata sangat perhatian pada temannya
“Kalau gitu ayo ke rumahnya dan memeriksa keadaannya.” Ajak Cangse Sanren yang membuat Wei Ying mendorong hingga memperlihatkan wajahnya yang berlinang air mata.
“Sungguh??”
“Tentu saja.” Cangse Sanren lalu mengambil ponsel pada sakunya dan menelfon seseorang.
Ibu dan anak itu lalu membeli beberapa buah yang nantinya akan diberikan pada Lan Zhan.
Karena tidak ingin menarik perhatian lebih banyak Cangse Sanren dan Wei Ying menaiki taksi menuju kediaman Lan. Sepanjang jalan Wei Ying terus memeluk Cangse Sanren, tanpa mau turun dari pangkuannya.
“A-Ying, mama ingin tanya sesuatu. Apa A-Ying sayang sama Lan Zhan?”
Wei Ying mengangguk.
“Lalu ketika A-Ying tahu Lan Zhan sakit. Perasaan A-Ying bagaimana?”
Wei Ying sedikit menunduk kemudian menyentuh dadanya, dan berkata kecil “Sakit.”
Cangse Sanren tersenyum, “Kalau gitu mulai dari sekarang A-Ying harus saling jaga perasaan.”
“Kenapa?” Wei Ying penasaran.
“Hm...” Cangse Sanren berpikir. “Nanti sudah besar kamu akan tahu jawabannya."
Wei Ying mengerucutkan mulutnya, dia kecewa dengan jawaban Ibunya. Padahal Wei Ying sudah sangat penasaran.
Sampai di kediaman Lan. Wei Ying tidak bisa menahan takjub dengan besar rumah itu. Rumah besar dengan cat yang didominasi putih berdiri megah. Wei Ying dapat melihat seorang wanita yang mirip dengan Lan Zhan-nya datang menyambut.
Wanita itu kemudian menunjukan kamar Lan Zhan.
“Masuk saja.” Katanya membukakan pintu.
Wei Ying dengan ragu masuk kedalam. Wei Ying melihat Lan Zhan yang tertidur dengan sebuah kompres panas dikepalanya, wajahnya terlihat agak merah.
Dengan lembut Wei Ying mengusap pipi Lan Zhan yang terasa hangat. Lan Zhan benar-benar sakit. Wei Ying tidak pernah menyangka, sebab LAN Zhan terlihat seperti orang yang kuat dimatanya.
“Lan Zhan... Cepat sembuh...” Pinta Wei Ying kecil. Wei Ying tidak ingin membangunkan.
“Wei Ying tidak mau sendirian dikelas tanpa Lan Zhan...”
“Mn.”
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNNYING「 Wangxian 」
FanfictionWei Ying memiliki telinga kelinci dan ekor yang akan muncul ketika dia menggambarkan ekspresinya. Lan Zhan yang duduk disebelah bertekad melindungi Wei Ying. Ini adalah kisah Wei Ying si bunny dan Lan Zhan si bandar cuka. S1 : 16 Okt 21-21 Des 21...