Hari hari Wei Ying dan Lan Zhan semakin lama semakin dekat. Kalau ada Wei Ying pasti disebelahnya ada Lan Zhan. Lan Zhan selalu menjauhkan Wei Ying dari bahaya, mengajarinya untuk tidak terlalu polos dalam bersikap atau menilai orang yang baru dikenalnya.
Wei Ying juga sering berkunjung ke rumah keluarga Lan. Selain untuk bermain bersama Lan Zhan-nya, Wei Ying akan dengan senang hati mengobrol bersama Nyonya Lan dan Tuan Lan. Meski kalau bertemu atau mengobrol dengan Lan Huan, Wei Ying selalu diawasi oleh Lan Zhan.
Namun kedekatan itu akhirnya rusak oleh rumor yang dibawa Nie Huaisang dipagi hari.
“Keluarga Lan akan pindah ke luar negeri. A-Xian kamu tahu ini kan?”
Wei Ying mematung diam, sebelum akhirnya menggeleng.
“Tidak mungkin.” Wei Ying yakin. “Lan Zhan tidak bilang apapun padaku.” Lanjut Wei Ying mengerutkan alisnya.
Wei Ying lalu menunduk sedih, Lan Zhan tidak memberitahukan apapun padanya. Padahal Wei Ying sangat dekat dengan Lan Zhan tapi dia tahu kalau Lan Zhan akan pindah.
Jiang Cheng menyadari Wei Ying yang murung dengan telinga kelincinya yang turun sepenuhnya kebawah. Jiang Cheng menoleh kearah Nie Huaisang.
“Huaisang kamu tahu dari mana?” Tanya Jiang Cheng.
“Dari Er-ge, eh maksudnya Xichen-ge.” Jawab Nie Huaisang yang membuat Wei Ying semakin menunduk.
Bel masuk berbunyi Lan Zhan tidak masuk. Wei Ying berkali-kali melihat kearah bangku kosong disebelahnya. Wei Ying merasa sepi.
•••
Ketika pulang sekolah Wei Ying yang dijemput Cangse Sanren langsung berlari memeluk Ibunya. Cangse Sanren terkejut dengan tingkah Wei Ying yang tiba-tiba seperti ini.
“Mama...” Wei Ying memeluk kaki Ibunya dengan erat.
“Ada apa sayang?”
Wei Ying tidak menjawab. Wei Ying hanya terus memeluk Ibunya. Cangse Sanren menghela nafas, dia benar-benar tidak bisa menggerakkan kakinya.
“A-Ying apa kamu sedang marah saat ini?” Tebak Cangse Sanren yang lalu mengangkat Wei Ying dalam pangkuannya. “A-Ying sudah besar tahu, kamu itu berat.”
“A-Ying denger dari A-Sang, Lan Zhan katanya mau pindah. Lan Zhan gak bilang apa-apa sama A-Ying. A-Ying kesel, A-Ying marah, A-Ying sedih.” Runtuk Wei Ying mempoutkan bibirnya.
‘Lan Wangji lagi, kayanya mereka harus disatuin.’ Pikir Cangse Sanren.
Sepanjang jalan Wei Ying hanya diam di pangkuan Ibunya. Wei Ying tidak peduli kalau Ibunya menawarkan banyak hal dijalan untuk menghiburnya.
Sampai di toko miliknya Cangse Sanren membiarkan Wei Ying yang langsung masuk ke ruangan belakang sambil menyembunyikan kekesalannya.
Wei Ying membaringkan dirinya diatas sofa sambil mengendus kesal. Dia mencoba tertidur dan tidak memperdulikan Ibunya yang memintanya untuk makan.
Wei Ying tidak sadar kalau dirinya tertidur dengan nyenyaknya. Hingga setelah beberapa jam dia bangun dengan sosok yang dia pikirkan seharian ini ada dihadapannya.
“Wei Ying.”
Wei Ying mengosok matanya pelan dan melihat Lan Zhan yang menampilkan raut wajah seperti biasanya, tanpa sedikitpun rasa bersalah.
“Ah...Lan Zhan..” Ucap Wei Ying yang masih agak kesal.
“Maaf.” Kata Lan Zhan datar.
“Maaf untuk apa? Memangnya Lan Zhan salah apa?”
Lan Zhan diam sesaat, “Memberitahu Wei Ying.”
“Memberitahu?”
“Aku akan pindah.”
Wei Ying membulatkan matanya. Dia tidak ingin mengakui hal ini.
Wei Ying : Lan Zhan pindah? Lalu aku bagaimana?
Lan Zhan : Ikut dengan ku
Wei Ying : Kemana?
Lan Zhan : Gusu
Wei Ying : ...
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNNYING「 Wangxian 」
FanfictionWei Ying memiliki telinga kelinci dan ekor yang akan muncul ketika dia menggambarkan ekspresinya. Lan Zhan yang duduk disebelah bertekad melindungi Wei Ying. Ini adalah kisah Wei Ying si bunny dan Lan Zhan si bandar cuka. S1 : 16 Okt 21-21 Des 21...