CHAPTER 30

5 1 1
                                    

Acara yang diselenggarakan telah selesai, mereka semua ada yang mengambil foto dan video bersama untuk kenangan.

"Dafina...!" sapa seorang wanita paruh baya cantik menghampirinya Dafina, saat ia ingin keluar dari ruangan.

Dafina menatap wanita paruh baya itu dengan senyuman merekah menghiasi bibirnya. Untuk beberapa saat ia tidak menyangka bahwa Iis Dahlia menemui dirinya.

"Tante...," ucap Dafina sambil memeluk wanita paruh baya itu.

"I miss you so much..." Iis mempererat pelukannya.

"So am I."

Iis Dahlia merupakan salah satu penyanyi dangdut legendaris yang berasal dari Jawa Barat. Dafina dan Iis Dahlia telah dekat dari semenjak putranya yaitu Devano menjalin hubungan asmara dengannya.

"Ah...Tante sangat kangen sama kamu, Dafina. Saat Tante mendapat kabar dari Devano bahwa kamu ada di sini, dengan segera saya langsung berangkat ke sini untuk melihat dirimu secara langsung," ujar Iis berkaca-kaca.

Dafina tersenyum kecil mendengar perkataan Iis Dahlia. Walaupun hubungan dirinya dengan Devano sudah berakhir, tetapi ia masih menyayangi keluarga dari mantan kekasihnya itu.

"Tante jangan menangis seperti itu, nanti jadi jelek loh. Tante Iis gak mau jadi jelek kan? Kalau gak mau makanya jangan menangis." Dafina menghapus air matanya.

Iis mengambil tissue yang berada di meja dekatnya dan menghapus air matanya.

"Ah ini, saya bawakan hadiah untukmu. Maaf jika tidak sesuai ekspektasimu karena Tante membelinya dengan cepat-cepat," ucap Iis sambil tersenyum manis dan menyodorkan sebuah kotak berwarna putih yang dihiasi pura berwajah hitam.

"Ini apa?" tanya Dafina sambil menerima kotak tersebut. Mendengar pertanyaan Dafina, Iis Dahlia langsung tersenyum.

"Kamu akan mengetahuinya setelah kau membukanya," ucap Iis.

"Baiklah Tante setelah sampai di rumah, aku akan membuka kontak ini." Dafina tersenyum. "Kalau begitu aku pamit pulang ya, Tan. Kalau Tante mau main ke rumahku boleh saja."

"Tapi saat tahun lalu tante main ke rumahmu tidak ada orang satu pun."

Dafina menatap Iis Dahlia dengan mengerutkan dahi. Tidak ada orang? Mama dan Adiknya selalu ada di rumah.

"Tahun lalu tante ke rumahmu untuk mengunjungi Mama mu, tapi tidak ada ada orang disana."

Ah sepertinya ia tahu rumah mana yang dimaksudkan oleh wanita paruh baya ini.

"Aku minta maaf kepada Tante karena sudah membuat Tante datang kesana tetapi tidak ada orang. Tapi bukan tidak ada orang Tante, melainkan saya dan sekeluarga pindah rumah," ucap Dafina menyesal.

"Pindah rumah? Pantes saja tidak ada orang."

Dafina meminta kertas kepada Claura yang akan ia tulis alamat mansion tempat tinggalnya lalu ia serahkan kepada Iis Dahlia.

"Ini tempat tinggalku dan keluarga yang baru. Kalau tante mau datang silahkan saja, kami menunggu kehadiran kalian," ucap Dafina tersenyum memberikan secarik kertas yang sudah ia tuliskan alamat tempat tinggalnya.

"Pasti kami semua akan datang ke rumahmu yang baru."

"Kalau begitu saya izin pulang duluan ya, Tan," pamit Dafina.

"Hati-hati sayang."



ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Dafina memegang kepalanya yang terasa pusing di sebelah kanan dan sedikit mual serta berkeringat. Jika kalian menyuruh atau berpikir untuk meminum obat maka itu jawaban yang tidak tepat. Dafina paling tidak menyukai obat yang berbentuk tablet, kapsul, intinya yang pahit. Ia tidak bisa menelan obat secara langsung, jika disuruh minum obat dia lebih memilih obat yang berbentuk sirup dan tidak pahit.

WAY OF LIFE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang