CHAPTER 44

4 1 0
                                    

"Daeche wae ironeun goya?" tanya Rouse kepada Dafina yang berdiri disampingnya sambil mengepalkan telapak tangan.
(Ada apa denganmu?)

"Geuneun nuguni? Geu sarameul aseyo?" Rouse berbisik di telinga Dafina sepelan mungkin agar orang yang berada di depan mereka tidak bisa mendengarnya.
(Siapa dia? Apa kamu mengenalnya?)

"Hai Dafina...gue gak percaya kalau kita berdua akan ketemu lagi disini setelah sembilan atau sepuluh tahun."

Dafina terlihat tidak senang mendengar sapaan basi yang keluar dari mulut perempuan asing di depannya. Rouse menyenggol lengan Dafina ketika Dafina tak kunjung membalas sapaan bahkan uluran tangan yang diberikan oleh perempuan itu.

"Apa kau masih membenci gue? Atau jangan-jangan...lo gak ingat sama gue?"

Suara itu! Dafina benar-benar tidak menyukainya. Ketidaksukaannya terhadap perempuan itu belum menghilang walaupun sudah bertahun-tahun berlalu.

"Gue mantan Rifqi, kalau lo lupa. Saat lo masih SMK, gue ngehampirin lo di sekolah."

Dengan respon Dingin, Dafina tetap kukuh mengabaikan perempuan itu dan terus bertahan menutup mulutnya. Rouse yang bisa merasakan atmosfer antara Dafina dan perempuan itu sangat berbeda.

"Kau sama seperti dulu, sama-sama sibuk dan tidak peka. Gue akui kalau sekarang lo sangat sibuk daripada dulu yang cuma pura-pura sibuk. Bahkan lu melewatkan acara reuni setiap tahun. Sangat disayangkan lu gak menghadiri acara reuni tersebut ckck. Tapi gue juga kasihan sama lu sebenarnya, jika lu menghadiri acara reuni pastinya lu akan bertemu dengan seseorang yang pernah membuatmu menangis," ujar perempuan itu dengan smirk di sudut bibirnya.

"It has nothing to do with you right? Seterah gue mau datang ke acar reuni SMK atau tidak, itu hak gue. Gue malah kasian sama lo, dari dulu masih aja ikut campur dengan keputusan orang." Dafina menggelengkan kepala sambil menatap perempuan di depannya dengan tatapan meremehkan. "Ah ya memang benar kalau gue sibuk karna kerja bukan sibuk dengan ikut campur mengenai kehidupan orang lain."
(Tidak ada urusannya dengan lo bukan?)

Rouse terkejut dan menoleh ke samping. Di luar dugaan, ia mengira Dafina akan tetap diam seperti sebelumnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun, tapi tiba-tiba Dafina menyahut dengan wajah yang meremehkan lawannya.

"KAU!" Irish menggeram kesal dengan perkataan yang dilontarkan Dafina.

"Kenapa? Gue benar bukan?"

"Lihat saja nanti pembalasan gue," ucap Irish menunjuk Dafina menggunakan jari telunjuknya yang dibalas anggukan kepala oleh Dafina.

"Yaya seterah kau saja. Gue tunggu pembalasannya."







ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Rouse, Dafina, Zennie, dan Sooya sudah berkumpul bersama di ruang santai. Mereka segera mematikan handphone masing-masing karena malam ini mereka akan menghabiskan waktu bersama tanpa ada gangguan handphone. Mereka bermain permainan yang ringan, dimulai dari Truth or Dare, This or That, dan UNO.

"Hahaha I win," ujar Sooya dengan puasnya karena mengeluarkan kartu +4.

"Ne itsseumnida," ucap Dafina santai, menurunkan kartunya.
(Aku punya).

"I have too," tambah Zennie ikut-ikutan meletakkan kartunya di atas kartu Dafina.
(Aku juga punya).

"I don't have a +4 card like you guys," kata Rouse dengan nada sedih. Mereka bertiga tertawa ketika mendengar nada menyedihkan dari Rouse. Dan mau tidak mau, Rouse harus mengambil dua belas kartu karena ia tidak punya kartu tersebut.

Permainan terus berlanjut hingga tengah malam. Hampir tiga jam mereka menghabiskan waktu bersama dengan bermain sampai tak kerasa sudah pukul 00.00.

Sooya mengambil empat minuman dingin, seperti cola-cola, sprit, dan fanta kaleng di kulkas. Lalu memberikannya ke Rouse, Zennie, dan Dafina.

"Let's go to the balcony," ajak Zennie setelah meminum minumannya.

Mereka bertiga mengangguk, karena sejujurnya mereka sudah bosan bermain dan duduk terus di ruang santai. Mereka pun segera pindah ke balkon dorm yang menyediakan empat kursi dan dua meja. Rouse dan Zennie duduk berdua, sedangkan Dafina dan Sooya duduk bersamaan. Mereka berempat menikmati suasana malam dan langit yang cerah sembari menghabiskan minuman dingin masing-masing.







ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Dafina sedang memasukkan beberapa skincare dan makeup ke dalam paper bag hitam miliknya. Dafina akan pergi ke Indonesia selama seminggu untuk melakukan pemotretan bersama Harpers Bazaar dan Bazaar Indonesia.

"Daf, udah siap?" Claura memasuki kamar tidur Dafina.

"Udah nih, gue gak usah bawa pakaian orang ada di mansion yang di Indo," jawab Dafina.

"Lalu lu bawaan di paper bag?"

"Cuma beberapa skincare dan make up aja."

Claura hanya ber-oh-ria. Setelah itu, mereka berdua keluar dari dorm dan pergi ke lobby agensi. Di sana sebuah mobil sedan berwarna putih telah menunggu kedatangan mereka.

Dafina masuk ke pintu penumpang yang dibelakang sedangkan Claura duduk di kursi samping pengemudi. Mobil melaju meninggalkan area lobby.




ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

WAY OF LIFE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang