CHAPTER 60

5 1 0
                                    

Dafina menyusul Claura yang sudah masuk di salah satu restaurant yang terletak di Seoul. Dafina menghampiri Claura yang sudah duduk bersama dengan teman-teman dekatnya saat SMP. Teman-temannya seperti sedang mempeributkan suatu hal yang tidak jelas.

"Terus lo bangga gitu punya cowok kayak banteng," cemooh Anggi mulai ikut-ikutan emosi.

"Parah sih lu anjir. Kak Haikal lo sama-samain kayak banteng. Stress lo!" geram Reghina tidak terima.

"Masih mending gak gue bilang kayak harimau. Tapi emang bener cowok lo itu kayak banteng. Dikit-dikit marah, dikit-dikit emosi, cuma karena hal sepele langsung mau nyeruduk aja!"

Reghina menghembuskan nafas kasar, menatap tajam Anggi. "Kalau emang benar begitu, gue pastiin lo jadi orang pertama yang bakalan diseruduk Kak Haikal!"

"Anjaygile. Kejam amat. Au aku atut," seru Anggi.

Dafina tidak mau ikut campur ataupun mengomentari pertengkaran yang terjadi antara dua orang itu. Ia segera duduk kemudian meletakkan tasnya di atas meja. Tapi lama-lama ia malu jika mereka terus aja bertengkar apalagi sekarang mereka sudah jadi pusat perhatian.

"Woy lo pada berantem mulu kek anak kecil. Hal apa yang dibahas sampe ribut segala hm?" tanya Dafina pada akhirnya yang sudah geram dengan pertengkaran mereka.

"Anggi tuh kak ngeselin sumpah. Masa pacar gue dibilang kek banteng dan harimau!" adu Reghina.

"Lah emang bener, Re. Cowok lu apa-apa emosian," sengit Anggi.

Dafina menarik nafas lalu menghembuskannya dengan kasar. Sudah cukup!

"BISA DIEM KAGAK KALIAN NYET?!" bentak Dafina. Anggi dan Reghina langsung diam saat mendengar suara tinggi Dafina.

"Daripada berantem mulu mendingan kalian pada mesen apa gitu. Gue yang traktir." Dafina memanggil satu pelayan yang segera menghampiri meja mereka.

"Gue cuma mau minuman yang dingin," jawab Laras.

"Lo kalau mau minuman dingin, beli aja di minimarket anjir ngapain pesen minuman doang." Dafina geleng-geleng melihat kelakuan temannya itu.

"Apa aja deh, masalahnya gue gak paham apa aja yang ditulis di daftar menu. Seketika gue buta huruf," ujar Sofi.

"Kalau kalian gimana?" tanya Dafina pada yang lain.

"Sama kayak Kak Sofi." Dafina mengangguk mengerti.

"Daf, pesenin makanan dan minuman favorit gue ya," ucap Claura yang mendapat anggukan. Dafina menyebutkan makanan dan minuman yang ia pesan dan langsung ditulis oleh pelayan tersebut.

"Ne buin. Jumunhasin daero baedalhae deurigetsseumnida."
(Baik nona. Pesanan anda akan segera kami antar).

"Ne kamshamnida."








ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Setelah makan siang bersama di Restaurant, Dafina menelpon 3 mobil pribadi miliknya beserta sopir yang ditujukan untuk teman-temannya beserta barang bawaan mereka. Dafina tidak mengizinkan mereka menginap di tempat penginapan karena ia akan menyuruh mereka untuk menginap di mansion miliknya—ralat lebih tepatnya pemberian dari Prince.

Mereka sebuah bercedak kagum saat memasuki gerbang dan berhenti di depan kantor.

"Kak, lu beneran nganter kita ke sini? Katanya mau ke mansion lu ini napa ke kantor," tanya Laras.

"Ini cuma depannya sayang. Ini kantor gue. Udah yuk masuk nanti kalian tau sendiri."

Dafina berjalan duluan langsung diikuti oleh mereka. Mereka tidak berhenti kagum dengan interior gedung kantor yang saat ini sedang mereka injak. Mereka berjalan ke belakang gedung dan terlihat sebuah pintu kaca. Dafina menempelkan salah satu jari tangannya untuk membuka pintu tersebut. Lalu ia mendorong pintu kaca yang terhubung dengan sebuah taman di seberangnya. Mereka menuruni anak tangga satu persatu setelah itu mereka menaiki anak tangga lagi yang terletak di samping.

WAY OF LIFE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang