CHAPTER 32

4 1 0
                                    

Hari berganti menjadi minggu, minggu berubah menjadi bulan. Waktu berjalan dengan sendirinya, melewati banyak hal yang terjadi pada setiap saat. Sudah banyak pekan yang berlalu, banyak menit dan detik yang lewat begitu saja, namun tak ada sedikit pun mampu memudarkan rasa yang ada.

Dan di sinilah, pria itu sekarang.

Duduk pada salah satu kursi jet pribadi yang sebentar lagi akan mendarat.

Prince membuang nafas ketika rasa lelah di punggung seolah tak kunjung berhenti. Ia telah mengikuti pertemuan bisnis di Kanada selama beberapa hari ini.

Prince berpikir bahwa menyibukkan diri sendiri bisa membuatnya memudarkan segala hal yang terjadi semenjak mengambil sebuah keputusan gila yang dia ambil secara spontan tanpa pemikiran panjang. Namun nyatanya, semua yang Prince jalani hanyalah seperti aktifitas pengalihan sementara saja.

Prince bisa saja profesional dengan urusan pribadi, pekerjaan, masa lalu, dan masa kini. Prince bisa saja bertegur sapa dengan semua kolega bisnis dan kekasih barunya, menikmati pesta dan juga menjalankan semua aktivitas seperti biasa.

Hanya saja, Prince tidak pernah bisa berdusta, bahwa perasaan dan pikirannya selalu tidak tenang. Kegusaran, kekesalan, serta penyesalan selalu melanda setiap detiknya.

Semua itu terjadi begitu saja. Semenjak ia memutuskan untuk melepaskan Dafina dalam hidupnya.

"We have to see the Director now. They want to talk about something in the meeting. After the plane lands, there will be a car that will pick us up and take us directly to the company." Alexander berdiri di hadapan Prince, memberitahu jadwal agenda setelah mereka mendarat di bandara.
(Kita harus menemui Direktur sekarang. Mereka ingin membicarakan sesuatu dalam rapat. Setelah pesawat mendarat, akan ada mobil yang menjemput dan mengantar kita langsung ke perusahaan.)

"Hm." Prince hanya memberikan balasan singkat.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Acara reuni kemarin, tidak terlalu membuat Dafina senang. Selama acara reuni tersebut hanya duduk di lapangan sekolah ataupun di koridor sambil menikmati stan yang berjualan dan penampilan dari para bintang tamu yang di undang. Dan lebih membuat Dafina bete adalah saat acara mengenal dan saling bertukar cerita saat masa SMP dahulu.

Meski begitu, ada juga yang menikmati acara tersebut. Tapi itu justru membuat Dafina merasa kesal setengah mati saat tanpa sengaja pandangannya menatap kedua pria yang sedang menatap ke arahnya juga.

"Yogiso raibeu haja. Nugu ol saram isso?" Sooya menawarkan, karena dia sudah bosan menonton televisi dan bermain handphone.
(Ayo kita melakukan Vlive di sini. Ada yang mau ikut?)

Tidak ada yang menjawab, mereka semua sedang asik dengan kegiatan masing-masing. Dafina yang sedang menonton film di handphone, Rouse yang sedang memakai skincare, Zennie sedang merenggangkan tubuhnya sehabis membaca cerita.

Karena tak kunjung mendapat jawaban dari teman-temannya. Sooya menaikkan kedua bahu sambil menghela nafas. "Ne jega jikjjop saengbangsongeul haebwassoyo. Maneun bundeuri bogo gyesinji je raibeue maneun sarangeul jusyonneunji."
(Ya sudah aku melakukan siaran langsung sendiri saja. Kita lihat apakah banyak yang menonton dan memberikan love pada siaran langsung ku ini.)

Zennie sebenarnya sedang merasa bosan, dia lelah membaca buku cerita, tapi dia juga malas untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya ada di kepalanya. Jadi, Zennie hanya tiduran di kasur sambil memainkan handphone miliknya, mulai dari membuka Instagram hingga menjelajahi foto maupun video yang ada di galeri handphone.

"Dafina-ssi," panggil Zennie sembari menatap ke Dafina yang sedang menonton film.

"Museun iriya?" tanya Dafina yang masih menonton film.
(Ada apa?)

"Dangsineun geuwa otton gwangyeimnikka?" tanya Zennie sambil memperlihatkan foto Devano padanya.
(Kamu memiliki hubungan apa dengan dia?)

Seketika Dafina langsung menatap horor Zennie membuat Zennie melebarkan matanya.

"Ya! Wae nal geuroke chodaboneun goya?"
(Ya! Kenapa kau malah menatap ku seperti itu?)

Dafina mengusap wajahnya lalu mengatur nafas. "Wae geuron gol murobojyo? Wae murobwayo?" Dafina menatap tajam Zennie.
(Kenapa bertanya seperti itu? Kenapa menanyakan dia?)

"Geuneun danji noege murobogo sipeul ppuniya. Onineun sa il jone nohi duri museun gwangyeinji gunggeumhaesso, geuneun dangsinege maeu gipeun gwansimeul giuryotsseumnida. Urippunman anira modeun saramdeuri algo inneun got gata bangtansonyondan sonbaewa do kingdo pohamhaesoyo."
(Eonnie hanya ingin bertanya saja padamu. Eonnie hanya penasaran saja kalian ada hubungan apa soalnya pas di acara empat hari yang lalu, dia memberikan perhatian yang sangat ketara kepadamu. Sepertinya yang menyadari hal itu bukan hanya kita saja melainkan semua orang yang disana menyadarinya juga termasuk senior BTS dan The King.)

Dafina terdiam saat. "Do isang malhaji ma geugon nal jjajeungnage hago changpihage hal ppuniya."
(Tidak usah dibahas lagi, itu hanya membuatku kesal dan malu.)

"Wae? Daeche museun iriya? Wae mal an hae?"
(Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu tidak mau menceritakannya?)

"Geugon gwagoil ppuniya."
(Itu hanya masa lalu saja eonnie.)

Zennie tersenyum pada Dafina. "Jigeum gibuni ottae dapinasi?"
(Apa yang kau rasakan saat ini, Dafina-ssi?)

"Geuriumboda do nappeun goseun naega jigeum neukkigo inneun gamjongi bulbunmyonghadaneun gosida."
(Lebih buruk dari kata rindu, perasaan yang aku sedang rasakan saat ini tidak jelas.)

Zennie justru terkekeh mendengar jawaban Dafina. Satu tangannya terulur untuk mengelus rambut Dafina. "Debanoege gaso gwagoe wae geuraenneunji aranaeya hae."
(Kamu harus menemui Devano dan cari tahu alasan kenapa dia melakukan hal itu di masa lalu.)

"But I'm not ready to meet him yet."
(Tapi aku belum siap menemuinya.)

"Du buni gwagoe iyagireul jionaetttaneun sasireul itjji maseyo." Zennie tersenyum.
(Jangan pernah lupakan fakta bahwa kalian berdua pernah membuat cerita di masa lalu.)

"Manyak geuga han daedabi tto nareul apeuge handamyon?"
(Bagaimana jika jawaban yang dia berikan membuat ku sakit hati lagi?)

"Saobeso urineun chwesoneul dahan hue silpaereul aneun gosi do nattta. Uriga ssaugi jone silpaereul duryowohaji mara, birok geugosi maeu gotongseuroun gyolgwailjirado dangsineun geugoseul sidohaetttaneun goseul jarangseurowohaeya handa." Zennie tersenyum lembut pada Dafina.
(Dalam sebuah usaha, lebih baik kita mengetahui kegagalan setelah berusaha semaksimal mungkin. Jangan pernah takut akan kegagalan sebelum diri kita sendiri berjuang, seharusnya kamu bangga bahwa kamu pernah mencobanya walaupun hasil itu sangat menyakitkan.)

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

WAY OF LIFE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang