CHAPTER 68

3 1 0
                                    

"But he's n—" Perkataan Dafina dipotong oleh pria menyebalkan itu.
(Tapi dia bu—)

"Shukran jazilan li'uwlayik minkum aladhin saeaduni. Amal 'an taghfir li zawjati," ucap Rifqi memakai bahasa Arab kepada mereka.
(Terimakasih banyak untuk kalian yang sudah membantuku. Saya harap istriku akan memaafkan diriku).

Pria paruh baya menepuk-nepuk pundak Rifqi sembari berkata, "Amal 'an tantahi mashakil 'usratik qryban , ya binay. la tatakhalaa ean 'iiqnae zawjat mubtadhalat, ealaa alraghm min sueubat 'iiqnae amra'at ghadibat qlylaan."
(Semoga masalah rumah tanggamu cepat selesai ya nak. Jangan menyerah untuk membujuk istri yang merajuk, walaupun sedikit susah membujuk perempuan yang sedang marah.)

Rifqi hanya membalasnya dengan senyuman dan menganggukkan kepala. Lalu ia beralih merangkul Dafina dengan mesrah. Dafina yang di rangkul seperti itu marah dan ingin melepas tangan pria itu dari pinggangnya.

"Jangan dilepas kalau kau mau bebas dari mereka semua," bisik Rifqi kecil di telinga Dafina. Kemudian Rifqi tersenyum kembali.

Dafina yang ingin melepaskan tangan pria itu tidak jadi setelah mendengar bisikin yang diberikannya.

"Baiklah Rifqi Pratam Bramasta. Kau yang memulai drama ini maka akan ku pastikan dirimu menyesal telah mengaku-ngaku sebagai suami gue," batin Dafina.

Dafina tersenyum kepada mereka dan membalas tindakan Rifqi. Ia merangkul pinggang kanan pria itu menggunakan tangan kanannya. Lalu ia memberikan senyuman manis, tapi dibalik senyuman itu sebenarnya adalah senyuman mematikan.

"Oh, I understand. Thanks for reminding me. I will forgive and give a chance to my annoying husband," ucap Dafina yang masih memasang senyuman. Ia beralih menatap Rifqi dan mengeratkan pelukannya. "Isn't that right, honey?"

(Ah aku mengerti. Terimakasih sudah mengingatkan diriku. Aku akan memberikan maafkan dan memberikan kesempatan pada suami menyebalkan ku ini).
(Benar kan sayang?)

Rifqi mengigit bibir dalamnya ketika Dafina mencubit pinggangnya. Ia menahan teriakan yang ingin dikeluarkan. Tidak mungkin ia berteriak kesakitan di depan banyak orang.

Rifqi mengangguk sambil menahan sakit pada pinggangnya, "Of course babe."

"We say goodbye first, because we have to continue our main goal here," pamit Dafina.
(Kami pamit duluan ya karna kami harus melanjutkan tujuan utama kami ke sini).

"Ya, be careful."

Dafina dan Rifqi segera pergi dari lantai satu menggunakan lift. Sepanjang jalan menuju lift, mereka berdua masih saja diliatin oleh para pengunjung di lantai satu.

"Ketagihan ngerangkul gue hm?" Rifqi mainkan alisnya.

Dafina yang menyadari tangannya belum lepas dari merangkul pria itu, langsung melepaskan. Ia berdeham sengaja untuk menghilangkan rasa malunya.

"Salting nih ceritanya?" ejek Rifqi mendekatkan wajahnya.

Dafina langsung menampol kening pria itu dengan kesal. "Mimpi Mulu kerjaannya! Bangun tolol!"

Rifqi hanya mengangkat bahu tak acuh.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Dafina mencak-mencak kesal, berulangkali ia harus menahan amarahnya. Ia harus ingat kalau saat ini dirinya sedang di tempat umum, jika tidak sudah dari tadi ia menampar, mengusir, memarahi, menyerumpahi dengan kata-kata mutiaranya pada mantannya itu. Tujuannya ke mall untuk refreshing sekaligus mencari hadiah untuk Rouse. Tapi apa yang ia dapatkan? Bukannya refreshing malah kekeselan yang memuncah.

WAY OF LIFE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang