4. David Bagaskara

1K 183 9
                                    

Hai, Deers, Paralel datang lagi. Jangan lupa klik bintang dan kasih komennya yak. Selamat membaca

💕Happy reading💕

David akhirnya menginjakkan kaki di Yogyakarta setelah perjalanan selama hampir satu hari dari Tokyo karena harus melalui satu kali transit di Bandara Soekarno Hatta. Udara terik matahari di tengah tahun, sama persis seperti gerahnya musim panas di Negeri Sakura. Namun, sau yang berbeda, Daerah Istimewa Yogyakarta menawarkan keramahan yang tidak pernah ia dapatkan selama merantau di negeri asing.

Begitu duduk di dalam taksi, ia lalu menghidupkan gawai. Detik berikutnya beberapa pesan pribadi dan notifikasi panggilan tak terjawab masuk ke ponselnya. Saat hendak membuka aplikasi pesan pendek, sebuah panggilan menggetarkan gawai. David pun segera menggeser tanda menerima panggilan.

"Ya, Ma?" sapa David begitu permukaan gawai menempel di telinga.

"Udah sampai mana?"

"Masih di Kulonprogo, Ma. Tunggu aja." David mengedarkan pandang ke arah luar jendela yang dipadati rumah-rumah di sepanjang jalan Kulonprogo menuju Yogyakarta.

"Nanti langsung ke homestay ya. Kebetulan ini banyak tamu karena pas liburan musim panas kan?"

David mendesah. Belum apa-apa, sudah disuruh ini itu oleh Mama. Sebenarnya David terpaksa pulang ke Indonesia meninggalkan kemapanan yang sudah ia raih di Negeri Matahari Terbit. Setelah dua tahun lalu lulus dari program Master of Business Administration di Oxford University, dia langsung diterima menjadi Direktur Marketing di Red Moon Hotel, Tokyo. Namun, mau tidak mau, kini David harus mengundurkan diri karena Kirana Wedasari, satu-satunya orangtua yang masih dipunyai David, beberapa waktu lalu sakit dan berharap anaknya bisa meneruskan usaha kecil-kecilan yang dirintisnya sejak sang kepala keluarga meninggal. Oleh karena itu, sebagai anak tunggal, David akhirnya memutuskan memenuhi permintaan sang mama, dan kembali ke Yogyakarta. Pulang ke kota yang menyisakan banyak kenangan manis dan juga pahit yang akan selalu dia kenang.

Taksi akhirnya berhenti di sebuah rumah berarsitektur Jawa, dengan sebuah flower gate yang digantungi papan bertuliskan "Sugeng Rawuh ing Omah Jowo". David tidak langsung masuk, tetapi dia berdiri sejenak di depan gerbang sambil menatap tajam papan kayu dengan tulisan latin dan aksara Jawa itu. Semua sudah berubah. Hampir satu dasawarsa tidak menginjakkan kaki semenjak lulus SMA di SMA De Britto, suasana rumah yang digunakan untuk homestay itu terlihat berbeda. Rumah masa kecilnya kini telah berubah menjadi sebuah penginapan untuk para backpacker yang membutuhkan akomodasi murah meriah. Betul kata Mama kalau usahanya mulai berkembang dan membutuhkan manajemen yang kuat dalam pengelolaannya.

Mengembuskan napas panjang, David menarik kembali koper, dan melangkah masuk menuju ke halaman rumah Joglo yang sudah diberi sentuhan modern. Begitu dia mencapai serambi, seorang wanita cantik dengan kebaya dan jarik yang membalut tubuh padat di usia yang tak lagi muda itu, menyambutnya dengan senyuman ramah. David lantas melangkah lebar dan meraih tangan Mama sambil membungkuk untuk memberi salam.

"Dave, pulang, Ma."

Tangan lentik yang sudah berkeriput itu membelai rambut agak berombak David. "Piye perjalanannya, Mas?"

"Lancar, Ma." David menegakkan tubuh.

"Ayo, Masuk! Kamu pasti lelah." Mama lalu memanggil salah satu karyawannya, sambil melambaikan tangannya. "Jarwo, tolong bantu Mas David antar barang-barang ke omah njero!"

Setelah memastikan karyawan yang diberi titah, melaksanakan tugasnya, Mama lalu menggandeng David. Mereka memasuki sebuah ruang yang digunakan untuk Mama bekerja mengatur usaha homestay.

"Teh atau kopi, Le?" tanya wanita anggun dengan sanggul tradisional yang melekat di kepala.

"Teh. Nasgitel, Ma." David duduk di sofa empuk bersamak kulit lembu merah sambil melepas kimono outer hitam dan menyampirkan di sandaran kursi.

Mama tersenyum, melirik putranya yang bertubuh atletis. Kaus merah marun yang dia kenakan mampu mencetak dada bidang dan perut datarnya.

Sambil menunggu teh terhidang, David meraih koran lokal yang tergeletak di atas permukaan meja. Begitu membuka lipatan surat kabar, matanya membulat lebar saat menumbuk sederetan tulisan pada tajuk rencana yang ada di halaman pertama koran. 

💕Dee_ane💕

💕Dee_ane💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang