Hallo, Deers! Maapkeun kalau baru bisa update sekarang. Real lifeku lagi full banget jadwalnya, ditambah bodaya tahab tubuh lagi drop juga. Semoga kalian sehat yak. Oh, ya, jangan lupa vote dan komen, biar othornya semangat😊
💕💕💕
Napas Freya tersengal dan badannya tersentak ke depan. Beruntung dia memakai sabuk pengaman saat laju mobil berhenti mendadak. Dia mengeratkan rahang sambil menegakkan badan. Pemandangan ekspresi orang-orang yang melontarkan caci maki di sekelilingnya, mampu membuat kuduk Freya berdiri.
"Keluar! Keluar, Nenek sihir!"
Dentuman di badan mobil membuat tubuh Freya bergetar. Keberaniannya mulai bergetar karena kemurkaan orang yang seakan ingin melahapnya.
"Bu Freya! Turun! Turun!" Seruan itu melolong tiada henti layaknya serigala kelaparan.
Sungguh, Freya ingin merutuk. Demo yang diadakan karyawan itu bisa berdampak buruk pada rating hotel dan citra perusahaan itu sendiri. Dia yakin imbasnya juga akan mengguncang posisinya sebagai general manajer.
Freya mendesah sambil memutar kunci untuk mematikan mesin mobil. Dengan menepis gentar, dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Namun, yang terjadi di luar dugaan. Orang-orang mengerumuninya, membuatnya tak bisa berkutik dan tersudut di sisi badan mobil. Punggungnya yang menempel di jendela tak bisa bergeser karena serbuan orang-orang murka.
Rona di wajah Freya memudar. Dia mencengkeram rok pencilnya, untuk menguatkan hati.
"Ada apa ini?" Walau rasa takut menyelimuti, Freya berusaha agar suaranya tak bergetar. Dia menatap nyalang, menyembunyikan desir ngeri karena aura kelam yang mengelilingnya.
"Keluar dari hotel ini! Ibu tidak pantas menjadi pemimpin kami!" Sergahan dari Dani membuat urat lehernya menegang.
Telinga Freya memerah. Dia mengeratkan oklusi rahangnya. Hardikan seperti ini pernah dia alami … dulu sesudah tragedi di keluarganya terjadi sehingga dia dicap sebagai anak penjahat.
Otak Freya memutar kembali ingatan yang terpendam. Walau bukan saatnya bernostalgia dengan kenangan suram, namun potongan-potongan masa lalu itu tidak berhenti berkelebatan di kepala.
Di saat pikiran Freya melayang, seseorang menyelinap di antara kerumunan. Freya terkesiap. Tubuh kekar itu membentenginya dari desakan orang-orang yang seolah ingin meremukkannya.
"Tenang! Kamu akan—" Belum sempat David menyelesaikan ucapannya, sebutir telur melayang, dan telah mendarat di kepalanya. Kuning telur keruh yang menguatkan bau busuk meleleh hingga ke leher.
"Mas!" Freya menangkup mulut yang menganga dengan kedua tangannya. Kedua matanya yang membeliak, berkaca-kaca.
"Ayo, aku tuntun kamu dari kerumunan ini!" David melepas jaket kulitnya dan menyelubungi Freya hingga bagian kepala.
Freya tak bisa menjawab. Tak ada pilihan untuknya selain mengikuti David. Kejadiannya begitu tiba-tiba saat David menarik tubuh langsingnya hingga wajahnya membentur dada yang menguarkan feromon manis yang bercampur bau telur busuk.
Sementara itu, David menghalau kerumunan sehingga mereka bisa berjalan dan terbebas dari kepungan. Di dalam rengkuhan David, Freya hanya pasrah saat lelaki itu menggiringnya. Rasa takut yang menyusup kini perlahan sirna berganti rasa lega, karena ada sang pelindung.
Freya tak berkutik, saat tubuhnya terdorong ke kanan dan ke kiri. Penglihatannya hanya bisa menangkap dua pasang sepatu yang berjalan beriringan namun berirama. Situasi yang tak bisa dilihatnya itu pasti sangat mengerikan karena suara-suara sumpah serapah dan hardikan yang tak kunjung berhenti. Daripada mencari mati, Freya memilih bersembunyi di balik jaket kulit yang menyelubungi. Bila dia melawan orang-orang hanya disetir oleh emosi, bisa jadi Freya yang akan remuk sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/286868894-288-k252386.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paralel (Completed)
ChickLitYogyakarta .... Kota yang ingin Freya Weningsari hindari. Namun, gadis itu harus mau menetap karena dia mendapat misi menjadi pemimpin di d'Amore hotel. Di hotel itu, dia bertemu dan jatuh cinta dengan David Bagaskara. Mereka saling bersaing ... tap...