41. Meeting

335 92 11
                                    

Selamat pagi, Deers! Freya n David datang lagi yak. Semoga kalian suka😍 Jangan lupa ramaikan dengan vote n komen yak.

💕Happy reading💕

Sejak peristiwa makan sederhana sebagai bentuk syukuran David menjabat sebagai asisten general manajer d'Amore hotel, Freya merasa lebih nyaman bekerja. Rasanya separuh beban pekerjaannya terangkat dari pundaknya.

David sebagai orang baru di hotel itu mudah diterima oleh siapapun. Baik pihak manajemen ataupun para bawahannya.

"Gila, Pak David itu … udah ganteng, pinter, ramah pula. Mirip oppa-oppa Korea nggak sih, Bu?" komentar Bita panjang lebar, saat dia menghadap atasannya untuk meminta persetujuan dokumen dari beberapa bagian.

Tangan Freya yang memegang pulpen terhenti gerakannya saat membuat tanda titik di akhir tanda tangannya. Masih dengan posisi kepala menunduk, dia melirik sekretarisnya yang tampak berbinar saat membicarakan David.

"Kamu suka Pak David?" Freya menutup dokumen yang sudah ditandatanganinya.

"Cewek mana pun bakal suka sama pesona Pak David, Bu? Apalagi kalau beliau senyum … duh, Simbok! Bikin klepek-klepek!" Bita menyerocos tiada henti. "Emang Ibu nggak suka sama Pak David?"

Pertanyaan random Bita itu sontak membuat lidah Freya terkunci. Dia buru-buru menyodorkan kembali dokumen Bita.

"Ini dokumennya udah saya tandatangani. Segera ditindaklanjuti ya?"

Bita mengambil dokumen itu, melupakan pertanyaannya barusan. Hal itu membuat Freya bernapas lega, terlebih saat Bita sudah keluar dari ruangannya. 

"Ganteng? Pinter? Ramah?" Mata Freya membulat. Dia melepas kacamatanya dan memijat kasar pangkal hidungnya. "Hah, dasar playboy tengik kelas teri busuk! Lihat saja kalau kamu kerja di sini mau menggoda karyawan-karyawan polos itu! Nggak akan aku biarkan!"

Dentuman meja yang ditumbuk oleh kepalan tangan Freya menggema di ruangan. Entah kenapa dia merasa marah saat mendrngar Bita memuji David. "Berlebihan! Padahal arek'e muk ngunu wae!"

"Sik ta lah! Ngopo'e aku ndadak nesu?"

Freya bergidik menyadari tingkah konyolnya. Dia memejamkan matanya, sambil menghela napas kuat. Dalam hati, dia merapal kata sugesti agar fokus dalam pekerjaannya.

Rupanya, memang pesona David itu sama seperti yang Bita bicarakan. Setelah percakapan pendek itu, entah kenapa Freya selalu memperhatikan polah David.

Seperti sekarang, dia memanggil Bita dengan panggilan sayangnya "Dek Bita". Atau Murni dia panggil "Bunda Murni". David tak segan merangkul Desta dan menyematkan panggilan "Bro" saat mereka bercakap. 

Hubungan pihak manajemen dengan anak buah pelaksana teknis di lapangan pun, sekarang seolah tidak ada jarak. David mampu merangkul para manajer dan bawahan sehingga mereka bisa bekerja dengan sinergis.

Hari ini, Freya menjadwalkan rapat pada pukul 09.00 pagi. Kurang lima menit menjelang meeting akan dilangsungkan, langkah Freya terhenti di depan pintu kaca buram yang tertutup.

"Ramai sekali?" Alis Freya mengernyit tajam.

Bita pun nampaknya tak ada ide kenapa terjadi keriuhan di dalam. 

Freya memutuskan untuk mendorong pintu kaca. Pada saat itu suara musik dangdut koplo berkumandang dengan David yang memegang mikrofon.

"Ngalemo ngalem ning dadaku …." David menepuk dadanya. Pandangannya tertuju pada Freya yang wajahnya dihiasi ekspresi aneh. "Tambanono rasa kangen ning atiku …"

Sungguh, suasana meeting kali ini jauh berbeda dengan pertemuan manajemen beberapa waktu lalu. Biasanya, ketika dia datang, beberapa manajer sudah duduk manis dengan wajah tegang. Tapi kini, yang ada, meeting room seolah bertransformasi menjadi karaoke room yang riuh. Apalagi David tidak mengindahkan kedatangannya dan masih sibuk menyanyi. 

Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang