59. Kemenangan David

659 112 35
                                    

Hai, Deers! Selamat hari Jumat penuh Berkat. Yang menjalankan ibadah puasa n pantang prapaskah, semoga pantang dan puasanya lancar ya. Buat yang sedang beraktivitas baik di rumah dan kantor, semoga cerita ini bisa menjadi hiburan di saat rehat. Jangan lupa komen dan vote ya, gaes. Yang belum follow, silakan difollow.

❤️❤️❤️

David mendengkus membaca pesan pendek Freya.

[Freya]
Makasih, Mas. Karena Mas, kenyataan sejati akhirnya muncul. Mungkin saja kenyataan ini akan menjadi bumerang untuk Mas.

Dalam hati, David salut dengan keangkuhan dan sikap arogan Freya yang seolah tak terimbas denganrita miring tentangnya. Bahkan saat gadis itu menebak sendiri di otak cerdasnya bahwa Davidlah yang membeberkan ke media, Freya tetap membusungkan dada, seolah ingin menantangnya.

Baru saat David hendak membalas pesan singkat Freya, panggilan dari kantor pusat masuk ke handphonenya.

"Hallo?" David mengernyitkan alis. Jantungnya seketika berdebar. Kantor pusat sangat jarang menghubunginya.

"David, ini saya Papa Freya."

"Ah, iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya David dengan ekspresi heran.

"Saya membaca salah satu artikel berita tentang klarifikasi kabar itu." Embusan kencang terdengar keras. "Saya sangat menyayangkan kenapa kamu tidak memberi jawaban netral."

"Maaf … saya merasa tidak ada yang perlu ditutupi."

Pak Antoinne terkekeh keras. "Aku curiga kenapa kamu malah membuka aib kekasihmu, dan setelah aku selidiki ternyata kamu adalah anak Andika."

David menelan ludah. Walau dia sudah mempersiapkan diri saat semua orang tahu dia adalah anak mantan pendiri d'Amore yang terbunuh itu, tetap saja hatinya menciut. Dia seperti pengecut yang melakukan segala hal kotor demi mencapai tujuannya.

"Apa maumu? Kamu sengaja mendekati Freya untuk membalas dendam?"

Lidah David kelu. Namun, dia kemudian menghela napas. "Saya hanya ingin d'Amore! Saya tidak rela anak pembunuh Papa memimpin di sana."

"Kurang ajar! Kamu menantang saya?" Suara laki-laki Perancis itu terdengar berang.

"Tidak. Kejadian ini terjadi juga karena tanggung jawab Anda yang hendak menyerahkan hotel itu kepada Freya. Saya hanya ingin d'Amore tidak dipimpin oleh Freya."

"Jadi, menurutmu, siapa yang pantas?"

"Saya!" kata David dengan mantap.

Papa angkat Freya mendecih keras. "Baik. Kamu dapatkan keinginanmu. Akan aku jual murah hotel itu, dan kamu bisa memilikinya. Tapi syaratnya … jauhi Freya!"

Tenggorokan David tersekat. Dua pilihan ada di depan mata. Tujuannya ingin memiliki hotel itu tercapai, tapi di sisi lain hatinya terasa ngilu. Dia tidak ingin jauh dari Freya. Dia hanya ingin hotel dan Freyanya.

Namun, David kemudian tercenung. Nggak! Hubunganku dengan Freya sudah kandas! Dia pasti membenciku. Ah, memang kami nggak seharusnya bersama. Ya, ini lebih baik.

"Deal!"

"Baik. Aku beri waktu satu bulan untuk mengumpulkan dananya. Kamu akan mendapat kabar dari kuasa hukum kami. Sementara itu, kamu bisa menjadi GM menggantikan Freya. Aku tidak akan membiarkan Freya berada di hotel terkutuk itu!"

Nada panggilan terputus memenuhi pendengaran David, detik berikutnya.

Walau percakapan dengan CEO Livian group itu merupakan kabar baik, karena dia akan diangkat menjadi general manager dan bisa membeli hotel itu dengan harga murah, tapi entah kenapa David merasa tidak sebahagia dugaannya. Kehilangan Freya bukanlah menjadi bagian rencana awalnya.

Paralel (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang