Hallo, Deers! Apa kabar malam ini? Semoga selalu sehat. Yang sakit semoga cepet sembut. Malam ini semoga terhibur dengan update Freya. Jangan lupa klik komen n vote–nya ya?
💕💕💕
Napas Freya tersengal saat membanting gagang interkom di tempatnya. Kalau ingin menata sistem yang bobrok, ia harus benar-benar menutup mata dan telinga, walau dengungan protes terlontar dari manajer HRD.
Freya tidak peduli. Dia beranggapan ketidakdisiplinan pemimpin departemen akan bisa memberi dampak buruk bagi anak buah. Bibit-bibit seperti ini harus ditumpas! Bila mengandalkan rasa kasihan, tujuan Freya membenahi manajemen yang bobrok tak akan cepat tercapai.
Freya mendesah sambil melirik foto itu lagi. Murni dan anaknya. Tanpa suami. Menurut cerita yang barusan didengar dari Desta, sang manajer HRD, wanita beranak satu itu ditinggal cerai suaminya. Miris juga menurut Freya. Single parent dengan satu anak.
Namun, keputusan itu tetap Freya ambil bila ingin menata hotel D'Amore. Baginya, semua orang punya masalah. Bila setiap permasalahan yang dialami karyawan hotel itu minta untuk dimaklumi, mau jadi apa tempat yang ia pimpin?
Freya mendengkus lalu bangkit hingga kursinya terdorong ke belakang. Ia meninggalkan ruangan sunyi itu, menuju ke ruangannya.
***
Di saat Freya baru saja akan memeriksa kembali dokumen penawaran dari salah satu penyedia bahan mentah keperluan dapur restoran sebelum menandatanganinya, dering interkom menggaung di ruangan. Walau matanya masih terpaku pada deretan angka di lembar harga penawaran, tangan Freya sudah menjulur untuk mengangkat gagang interkom.
"Ya, Ta," sapa Freya begitu gagang speaker menempel di daun telinga yang dihiasi anting bulat.
"Bu, ada Pak Desta ingin bertemu."
Alis Freya mengerut. "Suruh dia masuk!"
Beberapa detik kemudian, derik pintu ruangan terbuka. Desta berjalan tergesa menghampiri Freya yang masih menunduk menghadapi kertas-kertas. Dia hanya melirik bawahannya itu.
"Ada apa, Pak?" Freya menjeda aktivitasnya begitu Desta duduk tanpa dipersilakan.
"Bu, apa tidak perlu memberikan SP dulu? Saya rasa terlalu kejam bila langsung memecatnya," ucap Desta tanpa basa-basi. Laki-laki berdarah Batak yang lama tinggal di Jawa itu sepertinya enggan bicara bertele-tele.
Freya mendengkus. "Sejak saya di sini, saya jarang melihat Bu Murni melakukan briefing pagi. Dan saat sidak tadi, saya mendapati ruangannya kosong. Bukan cuma sekali." Freta mengangkat tangannya dan mengacungkan telunjuk.
"Tapi dua kali!" Jari tengah yang terlipat kini menunjuk ke atas, membentuk huruf 'V'. "Dan, saya tidak mau ada yang ketiga kali!"
"Untuk masalah briefing, dia minta bantuan ke Arini, salah satu staf bagian front office," sanggah Desta.
"Ah, apa sebaiknya kita mengangkat Arini saja menjadi manajer?" Satu alis Freya terangkat. Senyum miring itu tampak menjengkelkan bagi lawan bicaranya.
"Bu, kalau Ibu mau membereskan sistem yang amburadul, Ibu juga jangan mengambil kebijakan yang nubruk-nubruk. Semua ada alurnya!" Suara Desta meninggi.
"Nubruk-nubruk?" Mata bulat Freya melebar.
"Iya! Bu Murni walau masih muda, dia pegawai yang rajin. Sebulan ini, ia memang tidak bisa berangkat pagi karena mengurus anaknya—"
Tawa sinis Freya meledak, memotong ucapan Desta. Kepalanya mendongak, sambil menutup mulut yang tergelak dengan punggung tangan. "Sangat tidak profesional! Masalah anak jangan dibawa ke pekerjaan!"
"Sebulan lalu, anaknya mengalami kecelakaan. Hari ini memang dia tidak sempat izin karena anaknya muntah-muntah dan harus dilarikan ke rumah sakit." Desta mendesah panjang, lalu menatap Freya yang bermuka datar. "Apa Ibu tega membiarkan salah satu karyawan kita yang berdedikasi tinggi, meninggalkan hotel ini?"
"Front office adalah wajah depan hotel kita. Bila pemimpin bagiannya sering menghilang, bagaimana bisa dia memberi contoh karyawannya?" Freya masih bersikukuh dengan pendapatnya.
"Jangan mengambil kebijakan tanpa pertimbangan matang, Bu. Atau Ibu justru menunjukkan ketidakprofesionalan dan kehilangan loyalitas bawahan. Seorang pemimpin itu tidak harus memamerkan taring tapi justru harus mengayomi." Desta berdiri sambil menatap tajam atasannya. "Saya akan proses sesuai alur yang berlaku."
Freya mengerjap mendapati Desta berbalik dan berjalan keluar dari ruangannya. Sergahan Desta membuatnya tak bisa berkata-kata.
Freya mencengkeram kertas kosong yang belum tertoreh tinta. Rahangnya mengerat hingga pembuluh di pelipisnya berkedut kencang.
"Berani-beraninya manajer HRD memarahi general manajer!" desis Freya sambil menatap pintu yang tertutup, menelan sosok laki-laki berusia tiga puluh lima tahun itu.
💕Dee_ane💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Paralel (Completed)
ChickLitYogyakarta .... Kota yang ingin Freya Weningsari hindari. Namun, gadis itu harus mau menetap karena dia mendapat misi menjadi pemimpin di d'Amore hotel. Di hotel itu, dia bertemu dan jatuh cinta dengan David Bagaskara. Mereka saling bersaing ... tap...